Kamis, 30 Mei 2013

CIRI FISIK RASULULLAH SAW


Seorang fans pasti sangat mudah membayangkan idolanya kapan saja. Begitupun sebagai seorang muslim, wajar jika kita berusaha membayangkan idola kita, Rasulullah Muhammad SAW. Untungnya, walaupun tidak ada referensi foto atau gambar beliau (karena memang tidak diperkenankan), banyak para sahabat Rasulullah SAW yang telah menyampaikan ciri fisik beliau dalam hadits-hadits.
Ciri fisik Rasulullah Muhammad SAW yang disebutkan para sahabat tersebut, antara lain adalah sebagai berikut:

SEJAUH MANA RINDU KITA BERJUMPA DENGAN RASULULLAH SAWW



"Jika cintamu kepada Rasulullah SAW seperti cintamu kepada air dingin itu, engkau akan bermimpi bertemu Rasulullah SAW.”

 Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Mukhtar At-Tijani (1150 H/1737 M) adalah imam besaar yang diyakini sebagai seorang wali quthb. Sejak usia tujuh tahun Syaikh At-Tijani telah hafal Al-Qur’an. Kemudian pada usia dua puluh tahun ia telah mendalami berbagai ca­bang ilmu; baik ilmu ushul, ilmu furu’, mau­pun ilmu adab. Menginjak usia tiga puluh satu tahun, Syaikh At-Tijani mendalami ilmu tasawuf dan terjun dalam dunia sufi sampai memasuki usia empat puluh enam tahun. Ia membersihkan jiwa, tenggelam dalam mengamalkan amalan thariqah dibarengi kunjungan kepada para wali besar di berbagai belahan daerah, se­perti Tunisia, Mesir, Makkah, Madinah, Fez (Maroko), dan Abu Samghun.

Senin, 27 Mei 2013

BERMIMPI RASULULLAH DENGAN SHOLAWAT AL FATIH


Bermimpi melihat Rasulullah adalah Haq, didalam hadits dijelaskan:

من رآني في المنام فقد رآني فإن الشيطان لا يتخيل بي
Siapa yang melihatku dalam mimpi, dia benar-benar melihatku. Karena setan tidak mampu meniru rupa diriku.” (HR. Bukahri dan Muslim)

Dalam satu riwayat tercantum dengan lafadz

مَنْ رَآنِي فَقَدْ رَآى الحَقَّ

Barangsiapa melihatku dalam mimpi maka dia benar benar telah melihatku. 

Menurut Imam Nawawi berkata:"Melihat RAsulullah adalah salah satu kegembiraan yang luhur dan berita gembira yang agung. Allah mengkhususkan hal itu bagi orang-orang yang dicintaiNya. Melihat Rasulullah adalah hak yang umum bagi setiap orang mukmin dan muslim, baik saleh ataupun tidak saleh, namun bentuknya berneda-beda sesuai dengan perbedaan sumber yang keluar dari ahri mereka, kebersihan, dan kesiapan mental mereka."

Salah satu risalah berjumpa rasulullah dalam mimpi yaitu dengan membaca sholawat Fatih yang terdapat didalam kitab Maghnatisul Qabul Fil Wushul Ila Ru'yati Sayyidina Rasul karya Syaikh Hasan Muhammad Syiad Ba'Umar. 

Berikut adalah sholawat Al Fatih yang dinisbahkan oleh Sayyid Muhammad Al Bakry

MENCINTAI DENGAN BERSHOLAWAT



Bila bicara, kata katanya bagaikan mutiara. Bila diam, dia menyimpan kesejukan. Bila berjalan, matanya sangat terjaga. BIla berprilaku, dia laksana Al Quran berjalan. Dia bagaikan Malaikat, memberikan cahaya. Cahaya iman. Jejaknya jadi teladan bagi setiap orang. BIla satu kali namanya di sebutkan, beribu doa dan rahmat terlimpah atasnya. Atas wujudnyalah, lahir cinta sejati. Cinta suci yang tak pernah ternodai. 

Minggu, 26 Mei 2013

AMALAN AMALAN UNTUK BERMIMPI KETEMU NABI MUHAMMAD SAWW


Di dalam KITAB MAGHNATHISUL QABUL FIL WUSHUL ILAA RU’YATI SAYYIDINAR RASUL SAW (MAGHNATIS : RISALAH METODE BERJUMPA RASULULLAH SAW) buah karya dari Sayyid Hasan Muhammad syiddad ba Umar. Pengantar kitab ini adalah Habib Abdurrahman bin Syech Al-Atthas, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Masyhad, Sukabumi.. Kitab yang sangat bagus karena diberi sambutan / referensi oleh beberapa Ulama besar. 

Diantaranya :

MIMPI BERJUMPA RASULULLAH SAW



قال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
سَمُّوا بِاسْمِي، وَلَا تَكْتَنُوا بِكُنْيَتِي، وَمَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ، فَقَدْ رَآنِي، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ فِي صُورَتِي، وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ(صحيح البخاري)Sabda Rasulullah saw : “Berilah nama-nama kalian dengan namaku, dan jangan memakai gelar seperti gelarku, dan barangsiapa bermimpikan aku dalam tidurnya sungguh ia telah melihat aku, maka sungguh syaitan tidak mampu menyerupai diriku, dan barangsiapa yg berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaknya ia bersiap akan tempatnya di neraka” (Shahih Bukhari)

Senin, 20 Mei 2013

SAHABAT PUN MEMBAWAKAN SYAIR PUJIAN UNTUK RASULULLAH SAW


Sahabat pun ber Sya'ir untuk Nabi SAAW didalam Masjid


 Maha Suci Allah, Yang Membentangkan Kerajaan Alam Semesta dengan Cahaya Kemegahan Nya, maka tegaklah Angkasa Raya Langit dan Bumi sebagai Lambang Kesempurnaan Nya Yang Maha Tunggal dalam Pengaturan, Maha Tunggal dalam Keabadian Maha Tunggal dalam Kesempurnaan, Maka Gemuruhlah Kerajaan Alam Semesta sepanjang masa bertasbih Kehadirat Nya, Menggema Angkasa Raya Mensucikan Nama Nya Yang Maha Luhur dari zaman ke zaman, Dicipta Nya keturunan Adam untuk mencapai kehidupan yang Abadi, maka akan musnahlah kerajaan Alam semesta menemui kefanaan, lebur dibawah Kehendak Nya Yang Maha Menentukan, dan tersisalah Benua Kemewahan nan Abadi dan Benua Kehinaan. 
Dibangkitkan Nya Pemimpin dari para Duta Nya dimuka Bumi, Sayyidina Muhammad saw, sebaik-baik makhluk dan dipenuhi Nya dengan akhlak yang sempurna, satu-satunya makhluk yang menjadi pemimpin bagi pembawa Cahaya Keridhoan Nya yang Abadi, Maha Suci Allah swt yang menjadikan kecintaan pada Sang Nabi saw merupakan kesempurnaan Iman kepada Nya, sebagaimana sabda beliau saw : ?Tiada Sempurna Iman Kalian, sebelum aku lebih dicintainya dari anak-anaknya, ayahnya dan seluruh manusia? (Shahih Muslim). 
Betapa besar kecintaan para sahabat Radhiyallahu?anhum kepada Nabi saw, sebagaimana makna cinta, berarti selalu rindu pada yang dicintainya, selalu ingin bersama kekasihnya, selalu tak ingin berpisah dengan kekasihnya, mencintai segala miliknya, bahkan apa-apa yang disentuh oleh Rasul saw menjadi mulia dimata mereka, sebagaimana riwayat Sa?ib ra, : "aku diajak oleh bibiku kepada Rasul saw, seraya berkata : Wahai Rasulullah.., keponakanku sakit.., maka Rasul saw mengusap kepalaku dan mendoakan keberkahan padaku, lalu beliau berwudhu, lalu aku meminum air dari bekas wudhu beliau saw, lalu aku berdiri dibelakang beliau dan kulihat Tanda Kenabian beliau saw" (Shahih Muslim hadits no.2345).
Riwayat lain ketika dikatakan pada Ubaidah ra bahwa kami memiliki rambut Rasul saw, maka ia berkata : ?Kalau aku memiliki sehelai rambut beliau saw, maka itu lebih berharga bagiku dari dunia dan segala isinya? (Shahih Bukhari hadits no.168), Diriwayatkan pula bahwa Abu Talhah adalah yang pertama kali mengambil rambut Rasul saw saat beliau saw bercukur (Shahih Bukhari hadits no.169)
Tentunya seorang yang dicintai akan selalu dipuji, tentunya seorang pecinta akan selalu memuji kekasihnya, dan pujian bagi sang nabi saw boleh dimana saja, tidak terkecuali di masjid, karena kecintaan pada Utusan Allah adalah kecintaan kepada Allah, dan beliau saw sendiri yang bersabda bahwa cintailah aku karena cinta kalian kepada Allah, dan dalam hadits beliau bersabda : ?tiada sempurna iman kalian sebelum aku lebih dicintainya dari anak-anaknya, dari ayahnya dan dari seluruh manusia? (Shahih Muslim hadits no.44). bahkan Imam Muslim mengatakan bahwa ?Secara Mutlak seseorang itu tidak disebut beriman kalau ia tak mencintai Nabi saw? (Shahih Muslim Juz 1 hal 67).
Hassan bin Tsabit ra selalu memuji Rasul saw didalam masjid Nabawiy, maka ketika ia sedang asyik bernasyid (nasyid, syair, qasidah, sama saja dalam bahasa arab yaitu puji-pujian pada Allah dan Rasul saw), ia sedang melantunkan syair puji-pujian pada Rasul saw, tiba-tiba Umar ra mendelikkan matanya kepada Hassan, maka berkatalah Hassan bin tsabit ra : ?Aku sudah memuji beliau (saw) ditempat ini (masjid) dan saat itu ada yang lebih mulia dari engkau (Rasul saw melihatnya dan tidak melarang)?, lalu berkata pula Hassan kepada Abu hurairah ra yang juga ada bersama mereka : ?Demi Allah bukankah Rasul saw telah berdoa untukku : WAHAI ALLAH BANTULAH IA (hassan ketika membaca syair dihadapan Rasul saw) DENGAN JIBRIL???. Maka Abu Hurairah berkata : ?Betul?, maka Umar ra pun tak lagi berani mengganggunya. (Shahih Bukhari hadits no.3040). riwayat yang sama pada Shahih Muslim hadits no.2485.
Maka jelaslah sudah bahwa Rasul saw tidak melarang puji-pujian atas Allah dan Rasul Nya di masjid, bahkan diriwayatkan bahwa Rasul saw menaruh sebuah Mimbar khusus untuk Hassan bin Tsabit ra di Masjid, untuk ia membaca Syair memuji Allah dan Rasul saw (Mustadrak Alaa Shahihain hadits no.6058, 6059), dan ketika ada orang yg tak menyukai Hassan, maka marahlah Ummulmukminin Aisyah ra, seraya berkata : ?Jangan kalian menghina Hassan, karena ia selalu memuji Rasulullah saw? (Mustadrak Alaa Shahihain hadits no.6063), berkata Imam Hakim bahwa ucapan ini shahih memenuhi syarat Shahih Bukhari dan Muslim.
Fahamlah kita bahwa Puji-Pujian pada Rasul saw, yang diantaranya Qasidah, Maulid dll merupakan hal yang dimuliakan oleh Rasul saw, bahkan Sayyidatuna Aisyah ra marah ketika ada orang yang menghina orang yang memuji Rasul saw, maka ketika di akhir zaman ini muncul kelompok yang mengharamkan puji-pujian pada Rasul saw dan nasyid/qasidah di masjid, ini menunjukkan kesempitan pemahaman mereka dalam Syariah Islamiyyah, memang betul ada hadits Rasul saw yang melarang membaca syair-syair di masjid, namun itu adalah syair-syair keduniawian yang membuat ummat lupa kepada Allah swt, bukanlah syair pujian atas Allah dan Rasul saw yang memberi semangat kepada ummat untuk semakin taat kepada Allah swt

Sabtu, 18 Mei 2013

SEJARAH SINGKAT RASULULLAH SAW

Nasab Nabi Muhammad Sholallah ‘alahi wa aalihi wa shohbihi was salam Nasab Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdil Manaf bin Qusyai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan dan seterusnya sampai kepada Nabi Ibrahim alaihis salam. 

Kelahiran Nabi Muhammad Sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam


QASIDAH RASULULLAH SAW

رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْخَنْدَقِ يَنْقُلُ مَعَنَا التُّرَابَ وَهُوَ يَقُولُ :

Kulihat Rasul saw di saat hari membangun Khandaq beliau saw memindahkan tanah sambil bersenandung :


وَاللَّهِ لَوْلَا اللَّهُ مَا اهْتَدَيْنَا 
وَلَا صُمْنَا وَلَا صَلَّيْنَا

Demi Allah kalau bukan karena Allah kita tak akan mendapat petunjuk, tidak pula kita shalat, tidak pula kita puasa,


فَأَنْزِلَنْ سَكِينَةً عَلَيْنَا
وَثَبِّتْ الْأَقْدَامَ إِنْ لَاقَيْنَا

Maka turunkanlah ketenangan sakinah pada kami, 
Dan kuatkan langkah langkah kami jika menemui musuh musuh kami,


وَالْمُشْرِكُونَ قَدْ بَغَوْا عَلَيْنَا
إِذَا أَرَادُوا فِتْنَةً أَبَيْنَا

Dan musyrikin telah murka dan benci pada kami, mereka menginginkan pertempuran dan fitnah, dan kami tidak menginginkannya”

(shahih Bukhari 6130)

MENUMBUHKAN RASA CINTA KEPADA RASULULLAH SAYYIDINA MUHAMMAD



Ketika disebutkan nama Rasulullah Muhammad sholallahu 'alaihi wasallam maka pikiran kita akan tertuju pada sosok manusia sempurna,berakhlak bagus,berwajah tampan(bahkan dalam sebuah hadits disebutkan wajah rasulullah Muhammad memancarkan cahaya yang terang),berhati bersih,bersifat sempurna(fathonah,shiddiq,tabligh,amanah) masih banyak lagi keutamaan beliau yang mungkin tidak bisa disebutkan semua karena begitu besarnya kemulian yang Allah berikan kepada beliau sebagai rasul mulia sebagai habib Allah (kekasih Allah).Keistimewaan yang diberikan Allah pada beliau merupakan bukti bahwa Allah sangat mencintai beliau bahkan nama beliau bersanding dengan nama Allah dalam kalimat syahadat bahkan dalam riwayat hadits ketika nabi Adam alaihi salam memohon ampun ketika dikeluarkan dalam surga, beliau(nabi adam) bertawasul dengan mengucapkan nama Rasulullah Muhammad sholallahu 'alaihwasallam padahal

Rabu, 15 Mei 2013

NIAT MEMBACA SHALAWAT



اَللَّهُمَّ إِنِّيْ نَوَيْتُ بِالصَّلاَةِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِمْتِثَالاً ِلأَمْرِكَ وَتَصْدِيْقًا لِنَبِيِّكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَمَحَبَّةً فِيْهِ وَشَوْقًا إِلَيْهِ وَتَعْظِيْمًا لِقَدْرِهِ وَلِكَوْنِهِ أَهْلاً لِذَلِكَ ، فَتَقَبَّلْهَا مِنِّيْ بِفَضْلِكَ وَإِحْسَانِكَ ، وَأَزِلْ حِجَابَ اْلغَفْلَةِ عَنْ قَلْبِيْ وَاجْعَلْنِيْ مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ . وَوَفِّقْنِيْ لِقِرَائَتِهَا عَلَى الدَّوَامِ بِجَاهِهِ عِنْدَكَ .اَللَّهُمَّ زِدْهُ شَرَفًا عَلَى شَرَفِهِ الَّذِي أَوْلَيْتَهُ ، وَعِزًّا عَلَى عِزِّهِ الَّذِي أَعْطَيْتَهُ وَنُوْرًا عَلَى نُوْرِهِ الَّذِي مِنْهُ خَلَقْتَهُ ، وَأَعْلِ مَقَامَهُ فِي مَقَامَاتِ الْمُرْسَلِيْنَ وَدَرَجَتَهُ فِي دَرَجَةِ النَّبِيِّيْنَ ، وَأَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَرِضَاهُ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ مَعَ اْلعَافِيَةِ الدَّائِمَةِ وَالْمَوْتَ عَلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ وَكَلِمَتَيِ الشَّهَادَةِ عَلَى تَحْقِيْقِهَا مِنْ غَيْرِ تَغْيِيْرٍ وَلاَ تَبْدِيْلٍ ، وَاغْفِرْ لِيْ مَا ارْتَكَبْتُهُ بِمَنِّكَ وَفَضْلِكَ وَجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ يَا أَكْرَمَ اْلأَكْرَمِيْنَ .
Artinya: ”Ya Allah, sesungguhnya aku niat dengan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad sebagai bentuk menjalankan perintah-Mu, membenarkan Nabi-Mu Nabi Muhammad, sebagai wujud cinta dan rindu kepadanya, sebagai pengagungan bagi ketinggian pangkatnya karena beliau pantas menerimanya. Maka terimalah shalawatku ini dengan anugrah dan ihsan-Mu. Hilangkanlah tabir kelalaian yang mendindingi hatiku. Jadikanlah aku dalam kelompok hamba yang shalih. Berikanlah aku kekuatan untuk selalu membaca shalawat dengan pangkat Nabi Muhammad di sisi-Mu. Ya Allah, tambahkanlah kepada beliau kemuliaan atas kemuliaan yang Kau anugrahkan, keagungan yang Kau berikan kepadanya dan cahaya atas cayaha yang Kau ciptakannyaTinggikanlah kedudukannya dan pangkatnya pada pangkat para Rasul dan para Nabi. Aku meminta keridhaan-Mu dan keridhaannya Wahai Tuhan semesta alam untuk mendapatkan afiat yang senantiasa, meninggal atas mengamalkan al-Qur’an dan sunnah, berada dalam kelompok terbanyak dan atas dua kalimat syahadat dalam arti yang sebenarnya tanpa perubahan dan pergantian. Ampunilah dosa-dosaku dengan anugrah-Mu, keutamaan-Mu, kemurahan-Mu dan kedermawanan-Mu Wahai Yang paling memiliki kedermawanan.”

Tulisan ini merupakan penggalan dari sebuah karya berupa buku dengan judul:
فَاتِحُ اْلأَسْرَارِ وَمُفَرِّجُ الْهُمُوْمِ وَاْلأَغْيَار
فِي فَضَائِل ِاَحَدَ عَشَرَ صَلَوَاتٍ عَلَى النَّبِيّ الْمُخْتَار
Pembuka Segala Rahasia Penghempas Lara Dan kesulitan
Dalam Menguak Keutamaan 11 Shalawat Para Auliya
kepada Nabi Muhammad

Selasa, 14 Mei 2013

RAHMAT ALLAH BAGI YG MENCINTAI RASULULLAH SAW


Allah swt di dalam firman-Nya memerintahkan kita untuk bergembira dengan karunia dan rahmat-Nya:


( قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ )[يونس:58]

"Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira ".(QS:Yunus:58)

Al hafidz As-Suyutiy, di dalam Ad-Dur al-Mansur, mengeluarkan riwayat dari Ibnu Abas ra. mengenai penafasiran ayat ini, beliau mengatakan: bahwa yang dimaksud dari kurnia Allah disini adalah Ilmu dan yang dimaksud dari rahmat Allah adalah Nabi Muhammad saw. Dan Allah berfirman:

"Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam". (QS: Al-Anbiya: 107).. Penafsiran yang sama dengan penafasiran tersebut juga dapat kita jumpai di kitab Ruhul Maani, Tafsir Abi Suud dan Tafsir Kabir.. Dari penafsiran tersebut, hal ini bukan berarti kita menafikan penafsiran yang lian, seperti menafsiri makna rahmat disini dengan al Quran, Iman, Islam, atau yang lainnya, karena memang rahmat Allah sangat luas dan rahmat terbesar bagi kita adalah Nabi Muhammad saw. karena beliu adalah rahmat seluruh alam., dan yang pasti kita diperintahkan untuk bergembira dengan rahmat-rahmat Allah tersebut.

Bersyukur kepada Allah atas nikmat yang telah Dia berikan kepada kita adalah suatu kewajiban bagi kita. Ekpresi syukur dapat dilakukan dengan beragam cara, selama dalam nilai-nilai ketaatan kepada Allah. Mengingat hari-hari tertentu dimana kita mendapat nikmat dengan selalu mensyukurinya adalah hal yang diajarkan Nabi saw.

Nabi saw. ketika ditanya tentang puasa hari senin beliu menjawab" hari tersebut adalah hari saya dilahirkan dan hari saya diutus atau hari saya diturunkan"(HR. Muslim)

Al Hafidz Ibnu Rojab al Hambaliy ketika mengomentari hadis ini mengatakan: "Didalam hadis ini ada sebuah isyaroh, yaitu disunahkanya berpuasa pada hari-hari Allah memberi nikmat kepada hambnya. Dan nikmat terbesar bagi umat ini adalah adanya Nabi Muhammad dan diutusnya beliu sebagai rasul bagi mereka, sebagaimana firman Allah: "Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri" maka puasa pada hari dimana Allah memperbaharui nikmat hambanya yang beriman adalah sangat terpuji, dan hal tersebut kategori membayar nikmat dengan rasa syukur.

Dari riwayat Ibnu Abas ra. bahwa ketika Rasulullah datang ke Madinah dan menemukan kaum Yahudi sedang berpuasa hari Asyura, maka Nabi bertanya kepada mereka:" Hari apa ini yang Engkau puasai?" mereka menjawab: "Ini adalah hari besar, hari Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya dan meneggelamkan Firaun dan kaumnya kemudian Musa mempusai hari tersebut karena rasa syukur, maka kamipun ikut berpuasa". Maka Nabi saw. berkata "Kami lebih berhak dan lebih utama terhadap Musa as. dari pada kalian, kemudian Nabi berpuasa dan memerintahkan untuk berpusa pada hari tersebut(HR.Bukhori dan Muslim)

Mengomentari hadis ini, Al Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolaniy mengatakan: "Dan dapat diambil faidah dari hadis tersebut adalah sikap syukur kepada Allah atas anugrah yang telah Dia berikan pada hari-hari tertentu, yaitu berupa pemberian nikmat atau dihindarkan dari bahaya, dan sikap dan rasa syukur tersebut terus diulang setiap tahunnya pada hari yang sama, dan sikap syukur kepada Allah dapat dilakukan dengan macam-macam ibadah seperti sujud, puasa, shodaqoh, membaca al-Quran. Dan nikmat mana yang lebih besar dari nikmat adanya Nabi Muhammad, sang nabi pembawa rahmat?". Kemudian Ibnu Hajar menjadikan hadis ini sebagai dalil dianjurkannya perayaan maulid Nabi.(Al Hawiy Lilfatawa.2/196)

Kisah Peringanan Azhab Abu Jahal Pada Hari Senin

Para ulama ilmu hadis, seperti Imam Bukhoriy, al Hafidz Ibnu Hajar, al Hafidz Ibnu Katsir, al-Hafidz al-Baihaqiy, al-Hafidz al-Baghowiy, Imam Son'aniy dan yang lainnya di dalam kitab-kitab hadis dan siroh yang mereka tulis menyebutakan: bahwa Sahabat Abas bin Abdil Mutholib bermimpi bertemu Abu Lahab yang telah wafat, dan Sahabt Abas bertanya tentang keadaannya, Abu Lahab menjawab: bahwa dirinya terus disiksa di kubur, tapi untuk hari senin siksanya diringankan disebabkan dia sewaktu hidup pernah memerdekakan budak karena dia merasa bergembira waktu Nabi saw. lahir. Al-Hafidz Syamsyudiin as-Dimsiqiy setelah mendengar cerita ini dia menulis sebuah syair:

Jika Abu Lahab yang kafir ini telah jelas celanya
dan merugi di neraka untuk selamanya
Datang baginya setiap hari senin tuk selamanya
ringan adzab dikarenakan dia senang dengan kelahiran Ahmad
Lalu apa diduga, dengan hamba yang hidupnya
bahagia sebab Ahmad dan mati keadaan bertauhid?.
(lMarud as-Shoodiy fi Mauludi al Hadiy)

Dapat difahami dari cerita dan syair tersebut, bahwa ekpresi kebahagiaan atas lahirnya Nabi Muhammad-pun mampu menurunkan rahmat Allah kepada paman Nabi Muhammad, Abu Jahal yang kafir, lalu bagaimana dengan kita yang muslim yang selalu senang dan bahagia dengan kelahiran Nabi Muhammad!. Dan jika kita mau merenungi kenapa Nabi Muhammad tidak membuat perayaan maulid, sebenarnya hal itu juga adalah rahmat bagi kita, karena dengan ini kita dapat mengekpresikan kebahagiaan Maulid Nabi dengan jenis ibadah yang sesui kemampuan kita dan dengan hati suka rela. Karena jika telah jelas perintah dari agama agar kita bersyukur dan begembira dengan rahmat Allah, tapi agama tidak merinci bagaimana caranya atau ekspreksi secara khusus, maka dengan ini kita dapat melaksanakannya dengan cara kita sendiri, selama tetap sesui dengan nilai-nilai ketaatan, dan hal semacam inilah pulalah yang telah kita ketahui dari cerita-cerita para sahabat Nabi dan kaum Yahudi yang mengekpresikan sikap sukurnya dengan ibadah yang bebeda-beda tanpa bertanya dulu kepada Nabi, tapi semuanaya disetujui oleh Nabi. Dan telah menjadi sifat rahmat Nabi kepada umatnya bahwa beliu sering meniggalkan amal karena khawatir akan dikira amal itu wajib, dan nanti akan memberatkan umatnya, karena banyaknya kewajiban, yang sebenarya amal tersebut boleh dilakukan. Seperti dijelaskan para ulama di dalam ilmu Ushul Fiqih, Nabi tidak melakukan suatu amal secara rutin(muwadhobah) untuk memberi tahu bahwa amal itu tidak wajib, tapi sunah, dan Nabi meninggalkan amal yang boleh dilakukan(mubah) agar tidak dikira amal itu sunah atau wajib.
.Wallahu a'lam bi showab

Memperbanyak Shalawat



بـســم الله الـر حـمـن الـر حـــيم

Memperbanyak Shalawat Di Malam Jum’at dan Di Hari Jum’at.

Memperbanyak Shalawat Di Malam Jum’at dan Di Hari Jum’at.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Innallaaha wa malaaikatahu yusholluuna 'alan nabi, yaa ayyuhalladziina amanuu sholluu 'alaihi wa sallimuu taslima.

Artinya : Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Q.S Al-Ahzab (33) ayat 56)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَىَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةَ الْجُمُعَةِ فَمَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

"Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari Jum'at dan malam Jum'at. Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali." (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro)

Dari Abu Umamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً

“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti”. (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro)

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ يَعْنِي بَلِيتَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Al Husain bin Ali dari 'Abdurrahman bin Jabir dari Abu Al Asy'ats Ash Shan'ani dari Aus bin Aus ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya hari yang paling utama dari hari-hari kalian adalah hari jum'at, pada hari itu Adam diciptakan, sangkakala ditiup dan di hari itu datang hari kiamat. Maka perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu, sesungguhnya shalawat kalian akan sampai kepadaku. " Seorang laki-laki bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat kami bisa sampai kepadamu, sementara engkau telah tiada dan jasadmu telah hancur?" Beliau menjawab: "Allah telah mengharamkan bagi bumi untuk makan jasad para Nabi. " (HR. Ibnumajah No.1075)

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرِمْتَ يَعْنِي بَلِيتَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Al Husain bin Ali dari 'Abdurrahman bin Yazid bin Jabir dari Abul Asy'ats Ash Shan'ani dari Aus bin Aus ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Yang paling utama dari hari-hari kalian adalah hari jum'at, pada hari itu Adam diciptakan, sangkakala ditiup, dan manusia sadar dari pingsannya. Maka perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari itu, sebab shalawat kalian diperlihatkan kepadaku. " Seorang laki-laki berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana caranya shalawat kami diperlihatkan kepadamu, padahal dirimu telah meninggal?" beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi. " (HR. Ibnumajah No.1626)

حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ سَوَّادٍ الْمِصْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلَالٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَيْمَنَ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ نُسَيٍّ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثِرُوا الصَّلَاةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَإِنَّهُ مَشْهُودٌ تَشْهَدُهُ الْمَلَائِكَةُ وَإِنَّ أَحَدًا لَنْ يُصَلِّيَ عَلَيَّ إِلَّا عُرِضَتْ عَلَيَّ صَلَاتُهُ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْهَا قَالَ قُلْتُ وَبَعْدَ الْمَوْتِ قَالَ وَبَعْدَ الْمَوْتِ إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ فَنَبِيُّ اللَّهِ حَيٌّ يُرْزَقُ

Telah menceritakan kepada kami Amru bin Sawad Al Mishri berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb dari Amru bin Al Harits dari Sa'id bin Abu Hilal dari Zaid bin Aiman dari Ubadah bin Nusay dari Abu Darda ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari jum'at, sesungguhnya ia disaksikan, disaksikan para Malaikat. Sungguh, sekali-kali tidaklah salah seorang dari kalian bershalawat kepadaku kecuali shalawatnya akan ditampakkan kepadaku hingga dia selesai. " Abu Darda berkata: "Aku bertanya, "Setelah meninggal juga?" Beliau menjawab: "Ya, setelah meninggal, sesungguhnya Allah mengharamkan bagi bumi untuk memakan tubuh para nabi, maka Nabi Allah akan selalu hidup dan diberi rizki. " (HR. Ibnumajah No.1627)

حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرِمْتَ يَقُولُونَ بَلِيتَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ

Telah menceritakan kepada kami Harun bin Abdullah telah menceritakan kepada kami Husain bin Ali dari Abdurrahman bin Yazid bin Jabir dari Abu Al Asy'Ats Tsauri Ash Shan'ani dari Aus bin Aus dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya di antara hari-harimu yang paling utama adalah hari Jum'at, pada hari itu Adam di ciptakan, pada hari itu beliau wafat, pada hari itu juga ditiup (sangkakala) dan pada hari itu juga mereka pingsan. Maka perbanyaklah shalawat kepadaku -karena- shalawat kalian akan disampaikan kepadaku." Aus bin Aus berkata; para sahabat bertanya; "Wahai Rasulullah Shalallahu, bagaimana mungkin shalawat kami bisa disampaikan kepadamu, sementara anda telah tiada (meninggal)? -atau mereka berkata; "Telah hancur (menjadi tulang) "- Beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi." (HR. Abu Daud No.883)

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الْجُعْفِيُّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ قَالَ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ قَالَ يَقُولُونَ بَلِيتَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِمْ

Telah menceritakan kepada Kami Al Hasan bin Ali, telah menceritakan kepada Kami Al Husain bin Ali Al Ju'fi dari Abdurrahman bin Yazid bin Jabir dari Abu Al Asy'ats Ash Shan'ani dari Aus bin Aus, ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Hari Jum'at adalah diantara hari-hari kalian yang terbaik, maka perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu, karena sesungguhnya shalawat kalian disampaikan kepadaku." Para sahabat bertanya; wahai Rasulullah, bagaimana shalawat Kami disampaikan kepadamu, sementara anda telah meninggal? Beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta'ala telah mengharamkan jasad para nabi shallAllahu 'alaihim wa sallam atas tanah." (HR. Abu Daud No.1308)

أَخْبَرَنَا عُثْمَانُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَفْضَلَ أَيَّامِكُمْ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ يَعْنِي بَلِيتَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ

Telah mengabarkan kepada kami Utsman bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Al Husain bin Ali dari Abdurrahman bin Yazid bin Jabir dari Abu Al Asy'ats Ash Shan'ani dari Aus bin Aus ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya hari kalian yang paling utama adalah hari Jum'at, padanya Adam di ciptakan, padanya ia diberi ruh, dan padanya terjadi Ash sha'qah (suara keras yang menyebabkan orang-orang pingsan). Maka perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari itu, sesungguhnya shalawat kalian akan diperlihatkan kepadaku." Seorang laki-laki lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat kami diperlihatkan kepadamu, sementara anda telah meninggal? Beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah mengharamkan atas tanah untuk memakan jasad para Nabi." (HR. Ad Darimi No.1526)

أَخْبَرَنَا إِسْحَقُ بْنُ مَنْصُورٍ قَالَ حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ الْجُعْفِيُّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ عَلَيْهِ السَّلَام وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ أَيْ يَقُولُونَ قَدْ بَلِيتَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمْ السَّلَام

Telah mengabarkan kepada kami Ishaq bin Manshur dia berkata; telah menceritakan kepada kami Husain Al Ju'fi dari 'Abdurrahman bin Yazid bin Jabir dari Abul Asy'ats Ash Shan'ani dari Aus bin Aus dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam beliau bersabda: "Hari kalian yang paling utama adalah hari Jum'at -karena- pada hari itu Nabi Adam dicipta, pada hari itu beliau diwafatkan, pada hari itu ditiupnya terompet (menjelang kiamat), dan pada hari (mereka) dijadikan pingsan. Maka perbanyaklah shalawat kepadaku -karena- shalawat kalian disampaikan kepadaku." Mereka (para sahabat) berkata; "Wahai Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam, bagaimana mungkin shalawat kami bisa disampaikan kepada engkau, sedangkan engkau telah meninggal? -atau mereka berkata; "Telah hancur (tulangnya) "- Beliau Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam lalu berkata: "Allah Azza wa Jalla mengharamkan tanah untuk memakan jasad para Nabi 'Alaihimus Salam." (HR. An Nasa’I No.1357)

قَالَ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الْجُعْفِيُّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ عَلَيْكَ صَلَاتُنَا وَقَدْ أَرِمْتَ يَعْنِي وَقَدْ بَلِيتَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِمْ

berkata; telah menceritakan kepada kami Husain bin 'Ali Al Ju'fi dari Abdurrahman bin Yazid bin Jabir dari Abu Al Asy'ats As-Shan'ani dari Aus bin Aus berkata; Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Hari yang paling utama di antara kalian adalah Hari Jumat, karena pada hari itu Adam dicipta, diwafatkan, ditiupkan ruh, dan pingsan, maka perbanyaklah pada hari itu dengan shalawat terhadapku. Sesungguhnya shalawat kalian sampai kepadaku." Kami berkata; "Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat kami sampai kepada engkau sedangkan engkau telah hancur?". Beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah AzzaWaJalla mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi Shallallahu'alaihiwasallam." (HR. Ahmad bin Hanbal No.15575)

Di dalam kitab Tanbihul Ghofilin Karya Abu Lays bin Ibrohim As-samarqondy

- وَرُوِيَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , قَالَ: «مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ، قَضَى اللَّهُ لَهُ مِائَةَ حَاجَةٍ، سَبْعِينَ مِنْهَا فِي الْآخِرَةِ وَثَلَاثِينَ فِي الدُّنْيَا»

Barang siapa yg bersholawat kepada ku (Nabi Muhammad) tiap hari seratus kali maka ALLAH akan memenuhi 100 kebutuhanmu, rinciannya 70 di akherat sisanya 30 di dunia.



Dan masih banyak lagi dalil-dalilnya yang lain kesunnahan untuk memperbanyak bersholawat kepada Nabi Muhammad saww. pada malam Jum’at dan hari Jum’at.

Hayo kita perbanyak membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saww. khususnya malam Jum’at dan hari Jum’at..
 

والله أعـلـم بـالـصـواب
 

BUKTI CINTA RASULULLAH TERADAP UMATNYA

Waktu berlalu dan sampailah kita 14 abad setelah wafatnya Rasulullah saw namun hal itu tidak akan bisa memutus cinta kita kepada Nabi Muhammad shalallahu alayhi wa alihi wa sallam. Meski kita terpisah jarak 1400 tahun dengan beliau sang manusia yang paling indah dan paling berlemah lembut ita tidak bisa terputus dengan jarak sepanjang itu, kita tetap mencintai Nabi Muhammad saw. Kita tidak melihat Rasul, tidak berkumpul dengan Rasul, tidak mendengar suara Rasul tapi kita mencintai Nabi Muhammad saw. Yang sangat menggembirakan hati Sang Kekasih adalah betapa besarnya rasa gembiranya beliau melihat para pemuda yang mengikuti sunnah beliau saw. Kita berkumpul memuji beliau, mencintai beliau, merindukan beliau, pada hari ini, malam ini kalau Rasulullah saw melihat kita beliau pasti akan mencintai kita.

diriwayatkan didalam shahih muslim suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam berkumpul dengan para sahabat yang mulia, penghuni shaf pertama umat ini. Di sana hadir Sayyidina Abi Bakr Ash Shiddiq Radhiyallahu Anhu. Lalu bersabda Rasulullah : "Yaa Abu Bakar,

MENYINGKAP PENCIPTAAN ADAM


QS 2: 30 yang artinya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? " Tuhan berfirman: "Sesugguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"
Proses Penciptaan Adam Allah SWT berfirman kepada Jibril, "Hai Jibril, turunlah engkau ke bumi. Ambilkan Aku segenggam tanah. Aku hendak menciptakan Adam!"

RAHASIA PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI



Kata ibnu Abbas r.a. bahwa pada waktu Allah SWT hendak menciptakan tujuh lapis langit dan bumi, yang pertama kali diciptakan adalah permata putih; 70.000 tahun lamanya menghampar. Lalu Allah SWT melihat hasil karyanya itu, maka bergoncanglah permata dengan hebatnya karena menyaksikan keagungan Allah SWT. Akhirnya, permata itu pun hancur. 70.000 tahun lamanya berputar-putar. Lalu menjadi air lautan. Lautan itu meluap-luap, dan berlangsung 70.000 tahun lamanya juga. Allah SWT pun menciptakan api untuk menghanguskan air lautan tersebut. Air pun berasap dan berbuih. Buih-buih berkumpul menjadi lumpur. Dari lumpur inilah, Allah SWT menciptakan bumi. Dan dari asapnya itulah Allah menciptakan tujuh lapis langit.

KISAH PENCIPTAAN NUR MUHAMMAD




Suatu hari Sayidina Ali, karamallahu wajhahu, misan dan menantu Nabi Suci SAW bertanya,
"Wahai (Nabi) Muhammad, kedua orang tuaku akan menjadi jaminanku, mohon katakan padaku apa yang diciptakan Allah Ta’ala sebelum semua makhluk ciptaan?"
Beliau menjawab : "Sesungguhnya, sebelum Rabbmu menciptakan lainnya, Dia menciptakan dari Nur-Nya nur Nabimu."
Di Hadist yang lain, yang diiiwayatkan dari Abdurrazaq ra yang diterimanya dari Jabir ra, bahwa Jabir pernah bertanya kepada Rasulullah saw, "Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku, apakah yang mula-mula sekali Allah jadikan?".

KISAH MENYUSURI ALAM AKHIRAT


Tatkala nyawa-nyawa telah dihidupkan kembali, mereka kemudian mencari jasadnya masing-masing. Selama seribu tahun mereka menunggu keputusan Allah SWT sambil duduk, seribu tahun sambil berdiri seribu tahun sambil menengadah terus-menerus, dan seribu tahun sambil menunduk terus-menerus.
Mereka pun bertanya, "Ke manakah kita pergi?" 
Mereka segera dihimpunkan ke Padang Mahsyar. Orang-orang kafir dan berdosa terendam oleh banjir peluhnya sendiri. Di padang mahsyar orang yang mula-mula berusaha ialah Nabi Ibrahim as. Beliau bergantung dengan asap ‘Arsy yang naik lalu menyeru:
"Tuhanku dan Penguasaku! Aku adalah khalil-Mu Ibrahim. Kasihanilah kedudukanku pada hari ini! Aku tidak meminta kejayaan Ishak dan anakku pada hari ini."
Allah Ta’ala berfirman: "Wahai Ibrahim! Adakah kamu melihat Kekasih mengazab kekasihnya." 
Nabi Musa as datang. Beliau bergantung dengan asap ‘Arsy yang naik lalu menyeru:
"Kalam-Mu. Aku tidak meminta kepada-Mu melainkan diriku. Aku tidak meminta saudaraku Harun. Selamatkanlah aku dari kacau balau Jahanam!" 

GURU SEKUMPUL DAN WACANA LOKALITAS TENTANG ‘NUR MUHAMMAD’



Syaikhuna al-Alim al-Allamah Muhammad Zaini bin al-Arif billah Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa'ad bin Abdullah bin al-Mufti Muhammad Khalid bin al-Alim al-Allamah al-Khalifah Hasanuddin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari. Alimul Allamah Asy Syekh Muhammad Zaini Ghani yang selagi kecil dipanggil dengan nama Qusyairi pernah menyinggung dan menguraikan pembahasan tentang salah satu tema yang selalu actual diberbincangkan dalam dunia tasawuf, yakni wacana tentang Nur Muhammad dalam pengajiannya beliau di komplek al raudha sekumpul martapura. Berikut tulisan ini dihadirkan guna pencerahan. Apakah yang dimaksud Nur Muhammad tersebut?

Dalam kitab Hikayat Nur Muhammad diceritakan bahwa tubuh manusia (anak Adam) mengandungi tiga unsur, yakni jasad, hati dan roh. Di dalam roh terdapat hakikat, di dalam hakikat tersimpan rahasia, rahasia itulah yang dinamakan makrifah Allah. Di dalam makrifah pula ada zat yang tidak menyerupai sesuatu pun. Rahasia atau makrifah Allah ini dinamakan Insan Kamil. Insan Kamil dijadikan dari Nur yang melimpah dari zat Haqq Ta’ala.

Menurut riwayat, sumber cerita tentang kejadian Nur Muhammad ini bermula dari biografi Nabi Muhammad yang ditulis oleh Ibnu Ishaq (sejarawan Islam). Dalam biografi tersebut, Ibnu Ishaq ada mencatat riwayat yang menyatakan bahwa Allah telah menciptakan Nur Muhammad dan Nur itu telah diwarisi melalui generasi nabi-nabi hingga ia sampai kepada Abdullah bin Abdul Muthalib dan turun kepada Nabi Muhammad Saw. Kemudian terdapat sejumlah hadis yang menerangkan tentang Nur tersebut, antaranya, “sesungguhnya yang mula-mula dijadikan oleh Allah adalah cahaya-ku (Nur Muhammad)………”. Beragam pandangan terhadap hadis ini, ada yang menyatakan maudhu’ (tertolak), dhaif (lemah), bersumber dari falsafah Yunani, tetapi ada pula yang menyatakan bahwa riwayat tersebut boleh diterima karenanya sanadnya bersambung.
Hadis tersebut cukup panjang matannya dan diringkas sebagai berikut: “Dan telah meriwayatkan oleh Abdul Razak dengan sanadnya dari Jabir bin Abdullah ra, beliau berkata: “Ya Rasulullah, demi bapaku, engkau dan ibuku, khabarkanlah daku berkenaan awal-awal sesuatu yang Allah telah ciptakan sebelum sesuatu! Bersabda Nabi Saw: “Ya Jabir, sesungguhnya Allah menciptakan sebelum sesuatu, Nur Nabi-mu daripada Nur-Nya’. Maka jadilah Nur tersebut berkeliling dengan Qudrat-Nya sekira-kira yang dihendaki Allah. Padahal tiada pada waktu itu lagi sesuatu pun; tidak ada lauh mahfuzh, qalam, sorga, neraka, Malaikat, langit, bumi, matahari, bulan, jin dan manusia; tiada apa-apa yang diciptakan, kecuali Nur ini.

Dari nur inilah kemudian diciptakan-Nya qalam, lauh mahfuzh dan Arsy. Allah kemudian memerintahkan qalam untuk menulis, dan qalam bertanya, “Ya Allah, apa yang harus saya tulis?” Allah berfirman: “Tulislah La ilaha illallah Muhammad Rasulullah.” Atas perintah itu qalam berseru: “Oh, betapa sebuah nama yang indah dan agung Muhammad itu, bahwa dia disebut bersama Asma-Mu yang Suci, ya Allah.” Allah kemudian berkata, “Wahai qalam, jagalah kelakuanmu ! Nama ini adalah nama kekasih-Ku, dari Nur-nya Aku menciptakan arsy, qalam dan lauh mahfuzh; kamu, juga diciptakan dari Nur-nya. Jika bukan karena dia, Aku tidak akan menciptakan apa pun.” Ketika Allah telah mengatakan kalimat tersebut, qalam itu terbelah dua karena takutnya akan Allah dan tempat dari mana kata-katanya tadi keluar menjadi tertutup, sehingga sampai dengan hari ini ujung nya tetap terbelah dua dan tersumbat, sehingga dia tidak menulis, sebagai tanda dari rahasia ilahiah yang agung. Maka, jangan seorangpun gagal dalam memuliakan dan menghormati Nabi Suci, atau menjadi lalai dalam mengikuti contohnya (Nabi) yang cemerlang, atau membangkang dan meninggalkan kebiasaan mulia yang diajarkannya kepada kita.………dan seterusnya.
Bagaimana penjelasan Guru Sekumpul tentang Nur Muhammad tersebut? Secara ringkas penjelasan beliau sebagaimana konten materi pengajian yang bertemakan tentang ‘Kesempurnaan’ (penjelasan ini bahkan beliau ulang-ulang tidak kurang dari tiga kali) boleh diringkaskan sebagai berikut:

Beliau memulai penjelasannya dengan ungkapan yang sangat dikenal dalam dunia tasawuf, di mana untuk mengenal Tuhan seseorang harus terlebih dahulu mengenal akan dirinya. Maksudnya, untuk sampai kepada pengenalan terhadap Tuhan, menurut Guru Sekumpul haruslah terlebih dahulu dipahami dua hal. Pertama, ia harus terlebih dahulu mengenal asal mula akan kejadian dirinya sendiri, dari mana, di mana dan bagaimana ia dijadikan? Kedua, ia harus terlebih dahulu mengetahui apa sesuatu yang mula-mula dijadikan oleh Allah Swt. Kedua perkara di atas menjadi prasyarat kesempurnaan bagi para penuntut (salik) dalam mengenal (makrifah) kepada Allah.

Adapun yang mula-mula dijadikan oleh Allah adalah Nur Muhammad Saw yang kemudiannya dari Nur Muhammad inilah Allah jadikan roh dan jasad alam semesta. Bermula dari Nur Muhammad inilah maka sekalian roh (dan roh manusia) diciptakan Allah sedangkan jasad manusia diciptakan mengikut kepada dan dari jasad Nabi Adam as. Karena itu, Nabi Muhammad Saw adalah ‘nenek moyang roh’ sedangkan Nabi Adam as adalah ‘nenek moyang jasad’. Hakikat dari penciptaan Adam as sendiri adalah berasal dari tanah, tanah berasal dari air, air berasal dari angin, angin berasal dari api, dan api itu sendiri berasal dari Nur Muhammad. Sehingga pada prinsipnya roh manusia diciptakan berasal dari Nur Muhammad dan jasad atau tubuh manusia pun hakikatnya berasal dari Nur Muhammad. Jadilah kemudian ‘cahaya di atas cahaya’ (QS. An-Nuur 35), di mana roh yang mengandung Nur Muhammad ditiupkan kepada jasad yang juga mengandung Nur Muhammad. Bertemu dan meleburlah kemudian roh dan jasad yang berisikan Nur Muhammad ke dalam hakikat Nur Muhammad yang sebenarnya. Tersebab bersumber pada satu wujud dan nama yang sama, maka roh dan jasad tersebut haruslah disatukan dengan mesra menuju kepada pengenalan Yang Maha Mutlak, Zat Wajibul Wujud yang memberi cahaya kepada langit dan bumi, dan yang semula menciptakan, sebagaimana mesranya hubungan antara air dan tumbuhan, di mana ada air di situ ada tumbuhan, dan dengan airlah segala makhluk dihidupkan (QS. Al-Anbiya 30). Pengenalan terhadap hakikat Nur Muhammad inilah maqam atau stasiun yang terakhir dari pencarian akan makrifah kepada Allah, Martabat Nur Muhammad inilah martabat yang paling tinggi, dan pengenalan akan Nur Muhammad inilah yang menjadi ‘kesempurnaan ilmu atau ilmu yang sempurna’.

Menarik untuk mengkaji ulang penjelasan Guru Sekumpul di atas dengan membandingkannya kepada penjelasan tokoh-tokoh tasawuf yang juga membahas dan menyinggung tentang wacana ini.
Al-Hallaj yang mencetuskan teori hulul misalnya menyatakan bahwa Nur Muhammad mempunyai dua bentuk, yakni Nabi Muhammad yang dilahirkan dan menjadi cahaya rahmat bagi alam “tidaklah engkau diutus wahai (Muhammad Rasulullah Saw) melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam” (martabat al-a’yanu’l Kharijiyyah) dan yang berbentuk Nur (martabat a’yanu’l Thabitah). Nur Muhammad adalah cahaya semula yang melewati dari Nabi Adam ke nabi yang lain bahkan berlanjut kepada para imam maupun wali; cahaya melindungi mereka dari perbuatan dosa (maksum); dan mengaruniai mereka dengan pengetahuan tentang rahasia-rahasia Illahi. Allah telah menciptakan Nur Muhammad jauh sebelum diciptakan Adam as. Lalu, Allah menunjukkan kepada para malaikat dan makhluk lainnya, bahwa: “Inilah makhluk Allah yang paling mulia”. Oleh itu, harus dibedakan antara konsep Nur (Muhammad) sebagai manusia biasa (seorang Nabi) dan Nur Muhammad secara dimensi spiritual yang tidak dapat digambarkan dalam dimensi fisik dan realiti.

Menurut sufi, Muhyiddin Ibn Arabi, Nur Muhammad sebagai prinsip aktif di dalam semua pewahyuan dan inspirasi. Melalui Nur ini pengetahuan yang kudus itu diturunkan kepada semua nabi, tetapi hanya kepada Ruh Muhammad saja diberikan jawami al-qalim (firman universal).
Sedangkan menurut pencetus teori ‘insan kamil’, Abdul Karim bin Ibrahim al-Jili (1365-1428 M) dalam karyanya, al-Insan al-Kamil fî Ma’rifat al-Awakhir wa al-Awa’il (Manusia Sempurna dalam Mengetahui Allah Sejak Awal hingga Akhirnya), menyatakan bahwa Nur Muhammad memiliki banyak nama sebanyak aspek yang dimilikinya. Ia disebut ruh dan malak apabila dikaitkan dengan ketinggiannya. Tidak ada kekuasaan makhluk yang melebihinya, semuanya tunduk mengitarinya, karena ia kutub dari segenap malak. Ia disebut al-Haqq al Makhluq bih, (al-Haqq sebagai alat pencipta), hanya Allah yang tahu hakikatnya secara pasti. Dia disebut al-Qalam al-A’la (pena tertinggi) dan al-Aql al-Awal (akal pertama) karena wadah pengetahuan Tuhan terhadap alam maujud, dan Tuhanlah yang menuangkan sebagian pengetahuannya kepada makhluk. Adapun disebut al-Ruh al-Ilahi (ruh ketuhanan) karena ada kaitannya dengan ruh al-Quds (ruh Tuhan), al-Amin (ruh yang jujur) adalah karena ia adalah perbendaharaan ilmu tuhan dan dapat dipercayai-Nya. Oleh itu, menurut Al-Jili, lokus tajalli al-Haq yang paling sempurna adalah Nur Muhammad. Nur Muhammad ini telah ada sejak sebelum alam ini ada, ia bersifat qadim lagi azali. Nur Muhammad itu berpindah dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam berbagai bentuk para nabi, yakni Adam, Nuh, Ibrahim, Musa hingga dalam bentuk nabi penutup (khatamun nabiyyin), Muhammad Saw.

Banyak lagi penjelasan dan pembahasan tentang Nur Muhammad dimaksud. Karena, memang sejak awal kedatangan dan perkembangan Islam di ‘Bumi Nusantara’, wacana Nur Muhammad dalam berbagai konteksnya sehingga sekarang, telah menarik perhatian umat Islam. Hal ini paling tidak didukung oleh tiga faktor.
Pertama, terlihat dari banyaknya salinan yang beredar pada masa itu berkenaan dengan ‘Hikayat Nur Muhammad’ Misalnya, Hikayat Nur Muhammad naskah Betawi yang disalin pada tahun 1668 M oleh Ahmad Syamsuddin Syah. Menurut Ali Ahmad (2005) sehingga sekarang, sekurang-kurangnya terdapat tujuh versi Hikayat Nur Muhammad.

Kedua, apresiasi terhadap konsep Nur Muhammad telah mendorong lahirnya karya klasik ulama Nusantara yang secara khusus berisikan pembahasan tentang teori ini. Antaranya adalah kitab Asrar al-Insan fi Makrifah al-Ruh wa al-Rahman karya Nuruddin al-Raniri (Aceh), tiga kitab karangan Hamzah Fansuri (Barus-Aceh); Asrar al-‘Arifin, Syarab al-‘Asyiqin, dan al-Muntahi, serta Nur al-Daqa’iq oleh Syamsuddin al-Sumaterani (Pasai). Dalam kitab Asrar al-Insan dijelaskan bahwa Allah menjadikan Nur Muhammad dari tajalli (manifestasi) sifat Jamal-Nya dan Jalal-Nya, maka jadilah Nur Muhammad itu khalifah di langit dan di bumi; Nur Muhammad adalah asal segala kejadian di langit dan di bumi. Di dalam kitab Asrar al-’Arifin dibincangkan teori wahdah al-wujud yang semula diperkenalkan oleh Abdullah Arif dalam Bahr al-Lahut dan Ibnu Arabi, kemudian dikembangkan lagi oleh Muhammad bin Fadhlullah al-Burhanpuri melalui teori Martabat Tujuh dalam kitab Tuhfah al-Mursalah ila Ruh al-Nabi. Kemudian, dalam al-Muntahi, Hamzah menyatakan bahwa wujud itu satu yaitu wujud Allah yang mutlak. Wujud itu bertajalli dalam dua martabat; ahadiyah dan wahidiyah. Dalam kitab Nur al-Daqa’iq juga dibahas tentang wujudiyah dan martabat tujuh.

Variasi teori Nur Muhammad dalam bentuk martabat tujuh boleh didapati pembahasannya dalam beberapa kitab yang ditulis oleh ulama Melayu Nusantara, antaranya adalah dibahas dalam kitab Siyarus Salikin yang dikarang oleh Syekh Abdul Shamad al-Palimbani; kitab Manhalus Syafi (Uthman el-Muhammady, 2003) yang dikarang oleh Syekh Daud bin Abdullah al-Fathani; Pengenalan terhadap Ajaran Martabat Tujuh yang dikarang atau dinukilkan kepada Syekh Abdul Muhyi Pamijahan; dan kitab al-Durr al-Nafis yang di karang oleh Syekh Muhammad Nafis al-Banjari. Oleh itu, Syekh Muhammad Nafis al-Banjari dengan kitabnya Al-Durr al-Nafis ditegaskan oleh Wan Mohd Shagir Abdullah (2000) sebagai salah seorang ulama Banjar penganjur ajaran tasawuf Martabat Tujuh di Nusantara.

Dalam teori martabat tujuh dipahami bahwa dunia manusia merupakan dunia perubahan dan pergantian, tidak ada sesuatu yang tetap di dalamnya. Segalanya akan selalu berubah, memudar, dan setelah itu akan mati. Oleh karena itulah, manusia ingin berusaha mengungkap hakikat dirinya agar dapat hidup kekal seperti Yang Menciptakannya. Untuk mengungkap hakikat dirinya, manusia memerlukan seperangkat pengetahuan batin yang hanya dapat dilihat dengan mata hati yang ada dalam sanubarinya. Seperangkat pengetahuan yang dimaksud adalah ilmu ma‘rifatullah. Ilmu ma’rifatullah merupakan suatu pengetahuan yang dapat dijadikan pedoman bagi manusia untuk mengenal dan mengetahui Allah. Ilmu ma‘rifatullah terbahagi menjadi dua macam, yaitu ilmu ‘makrifat tanzih’ (transeden) dan ‘ilmu makrifat tasybih’ (imanen). Tuhan menyatakan diri-Nya dalam Tujuh Martabat, yaitu martabat pertama disebut martabat tanzih (la ta‘ayyun atau martabat tidak nyata, tak terinderawi) dan martabat kedua sampai dengan martabat ketujuh disebut martabat tasybih (ta‘ayyun atau martabat nyata, terinderawi). Yakni, martabat Ahadiyyah (ke-’ada’-an Zat yang Esa); martabat Ahadiyyah (ke-’ada’-an Zat yang Esa); martabat Wahidiyyah (ke-’ada’-an asma yang meliputi hakikat realitas keesaan); Keempat, martabat Alam Arwah; martabat Alam Mitsal; martabat Alam Ajsam (alam benda); dan martabat Alam Insan.

Ketujuh proses perwujudan di atas, keberadaannya terjadi bukan melalui penciptaan, tetapi melalui emanasi (pancaran). Untuk itulah, antara martabat tanzih (transenden atau la ta‘ayyun atau martabat tidak nyata) dengan martabat tasybih (imanen atau ta‘ayyun atau martabat nyata) secara lahiriah keduanya berbeda, tetapi pada hakikatnya keduanya sama. Seorang Sâlik yang telah mengetahui kedua ilmu ma‘rifatullah, baik Ma‘rifah Tanzih (ilmu yang tak terinderawi) maupun Ma‘rifah Tasybih (ilmu yang terinderawi), ia akan sampai pada tataran tertinggi, yaitu tataran rasa bersatunya manusia dengan Tuhan atau dikenal dengan sebutan Wahdatul-Wujûd. Huaian tersebut dapat dianalogikan dengan air laut dan ombak. Air laut dan ombak secara lahiriah merupakan dua hal yang berbeda, tetapi pada hakikatnya ombak itu berasal dari air laut sehingga keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisah.
Ketiga, di Nusantara, Hikayat Nur Muhammad merupakan teks yang populer sekitar abad ke-14 M. Ini dibuktikan dengan tersebar luasnya kitab yang berjudul Tarjamah Maulid al-Mustafa bertahun 1351 M (Ali Ahmad, 2005), dan disinggungnya wacana ini dalam kitab Taj al-Muluk, Qishah al-Anbiya, Bustan al-Salatin, atau Hikayat Ali Hanafiah.

Membandingkan apa-apa yang digambarkan oleh Guru Sekumpul berkenaan dengan Nur Muhammad dengan uraian-uraian ulama terdahulu tampaknya tidak jauh berbeda sebagaimana pandangan umum para sufi dalam melihat Nur Muhammad sebagai yang terawal diciptakan dan kemudiannya menjadi sumber dari segala penciptaan.

Di samping itu, menurut Guru Sekumpul maqam Nur Muhammad adalah maqam paling tinggi dari pencarian dan pendakian sufi menuju makrifah kepada Allah, tiada lagi maqam atau stasiun paling tinggi sesudah ini. Kesimpulannya, berbahagialah orang-orang yang dapat menyandingkan penyatuan sumber asal mula penciptaannya dalam satu harmoni, yakni Nur Muhammad, sebab ia berada pada satu kedudukan yang tinggi dan terbukanya segala hijab yang membatasinya.



Senin, 13 Mei 2013

DETIK-DETIK KELAHIRAN ROSULILLAH, NABI MUHAMMAD SHOLALLOHU 'ALAIHI WASALLAM





إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمَا

"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
(Al-Ahzab-56)

Al-Imam Syihabuddin Ahmad bin Hajar Al-Haitami Asy-Syafi’i di kitabnya An-Ni’matul Kubraa ‘Alal ‘Aalam hal. 61 telah menyebutkan ;
Bahwa sesungguhnya pada bulan kesembilan kehamilan Sayyidah Aminah (bulan Rabi’ul Awwal), saat hari-hari kelahiran Baginda Nabi Muhammad sudah semakin dekat, Allah SWT semakin melimpahkan berbagai macam anugerahnya kepada Sayyidah Aminah, mulai malam tanggal satu hingga malam tanggal 12 Bulan Rabi’ul Awwal malam kelahiran Baginda Rasulullah Muhammad SAW;
Pada malam tanggal 1 Allah SWT melimpahkan segala kedamaian dan ketentraman yang luar biasa kepada Sayyidah Aminah, sehingga Beliau merasakan ketenangan dan kesejukan jiwa yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Pada malam tanggal 2 datang seruan berita gembira kepadanya bahwa sebentar lagi dirinya akan mendapati anugerah agung yang luar biasa dari Allah SWT.