Sabtu, 18 Mei 2013

SEJARAH SINGKAT RASULULLAH SAW

Nasab Nabi Muhammad Sholallah ‘alahi wa aalihi wa shohbihi was salam Nasab Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdil Manaf bin Qusyai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan dan seterusnya sampai kepada Nabi Ibrahim alaihis salam. 

Kelahiran Nabi Muhammad Sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam




Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam dilahirkan pada hari Senin bulan Rabi’ul Awwal tahun Gajah. Ada yang meriwayatkan bertepatan dengan tanggal 2 namun ada riwayat lain yang menyatakan tanggal 3, akan tetapi pendapat yang paling masyhur menurut Jumhurul ulama adalah tanggal 12 Rabi’ul Awwal.
Selama ibu baginda Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam mengandung, tidak sedikitpun merasa berat maupun ngidam. Akan tetapi sebagian ulama mengatakan bahwa dia merasa sedikit berat hanya ketika mulai mengandung saja, namun setelah itu, dia merasakan penuh kemudahan dan keringanan.
Bahkan, Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam dilahirkan tidak seperti manusia-manusia lainnya. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam lahir dalam keadaan telah terkhitan dan tali pusatnya terpotong bersih sambil menggenggam jari jemarinya dan memberi isyarat dengan jari telunjuknya seperti orang yang sedang bertasbih. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa kakeknyalah yang telah mengkhitankan beliau pada hari ketujuh dari kelahirannya.
Para ulama berbeda pedapat tentang masa baginda Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam berada dalam kandungan ibunya, diantara pendapat terkuat adalah bahwa beliau berada dalam kandungan ibu selama 9 bulan.
Hari Senin adalah adalah hari yang penuh berkah. Imam Ahmad Ibnu Hambal meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas ra, “Dia berkata bahwa Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam dilahirkan pada hari Senin, beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam diangkat menjadi rasul juga pada hari Senin, beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam keluar untuk berhijrah dari Mekkah ke Madinah juga pada hari Senin dan sampai di Madinah al-Munawwarah juga pada hari Senin, beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam wafat juga pada hari Senin dan beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam mengangkat Hajar Aswad (ketika Ka’bah di bangun kembali oleh orang-orang Quraisy) juga pada hari senin.”
Pada malam kelahiran Rasululah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam terjadi berbagai macam keanehan dan keajaiban, di antaranya adalah robohnya patung-patung yang ada di sekililing Kabah. Bersama kelahiran beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam pula, muncul cahaya yang sangat terang sehingga dapat menerangi istana-istana yang ada di negeri Syam (Syiria pada saat ini). Di antara keanehan dan keajaiban yang lain adalah adanya goncangan yang amat dahsyat meluluhlantahkan istana Kaisar Persia dan menhancurkan beranda-berandanya. Api persembahan mereka yang belum pernah padam selama seribu tahun tiba-tiba padam. Danau yang biasa meluap seketika itu surut. (sebuah danau yang sangat besar di wilayah Persia).
Yang Mengasuh dan Menyusui Nabi Muhammad Sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam
Orang yang pertama kali menyusui Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam adalah ibunya sendiri Aminah az—Zurriyah, setelah itu beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam disusui oleh Tsuwaibah al-Aslamiyah selama beberapa hari.
Tsuwaibah al-Aslamiyah adalah salah seorang budak wanita Abu Lahab yang dibebaskan ketika dia menyampaikan berita gembira tentang kelahiran Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam kepadanya, sehingga dengan itu, maka Allah Swt meringankan siksaan atasnya. Hal itu sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam sebuah hadits Muallaq bahwa setelah Abu Lahab meninggal dunia seseorang mimpi bertemu dengannya, lalu dia memberitahu kepadanya bahwa dalam setiap hari Senin dia telah diringankan siksaannya oleh Allah Swt karena memerdekakan budaknya Tsuwaibah sebagai tanda kegembiraannya terhadap kelahiran Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam.
Ibnu Mandah salah seorang ahli tafsir terkemuka telah memasukkan Tsuwaibah dalam kategori sahabat, namun para ulama telah berbeda pendapat tentang hal itu. Nabi Muhammad memberikan penghormatan yang baik terhadap Tsuwaibah al-Aslamiyah. Terbukti ketika Tsuwaibah al-Aslamiyah mengunjungi beliau setelah menikah dengan Khadijah radhiallahuanha, demikian pula dengan Sayyidah Khadijah ra. Begitu pula setelah Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam hijrah ke Madinah beliau juga mengirimkan pakaian dan uang padanya hingga dia meninggal dunia.
Setelah itu Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam disusui oleh Halimah binti Abi Dhuaib as-Sa’diyah. Nabi Muhammad sholallah alahi was salam dibawa oleh Halimah ke desanya di Bani Sa’ad yaitu sebuah desa di wilayah Thaif. Menurut pendapat yang benar bahwa Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam tinggal di sana selama empat tahun.
Selama mengasuh Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam, Halimah dan keluarganya dianugerahi oleh Allah Swt rizki yang melimpah dan kehidupan yang sejahtera. Syaima’ adalah puteri Halimah as-Sa’diyah yang turut bersama ibunya mengasuh baginda Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam.
Selanjutnya Halimah as-Sa’diyah mengembalikan Nabi sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam kepada ibunya karena takut terhadap peristiwa pembedahan dada yang terjadi padanya ketika Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam berusia empat atau lima tahun.
Setelah itu, Halimah as-Sa’diyah tidak lagi pernah melihat Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam kecuali hanya dua kali, yaitu yang pertama, setelah Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam menikah dengan Sayyidah Khadijah ra, dia datang kepada beliau sholallah alahi was salam dan mengadukan kepadanya tentang paceklik yang menimpa negerinya. Pada waktu itu Sayyidah Khadijah ra memberikan 20 ekor kambing dan hadiah-hadiah yang lainnya.Dan yang kedua yaitu pada saat terjadinya perang Hunain.
Di samping itu, Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam juga pernah diasuh oleh Ummu Aiman Barakah al-Habasyiah, dia adalah bekas budak perempuan ayah Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam, namun setelah Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam dewasa, dia dibebaskan oleh beliau dan dinikahkan dengan Zaid bin Haritsah.

Masa Pertumbuhan Nabi Muhammad Sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam
Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam dibesarkan dalam keadaan yatim. Ayahnya meninggal dunia pada saat beliau sholallah alahi was salam masih berada dalam kandungan ibunya. (Inilah pendapat yang paling masyhur yang dipilih oleh Ibnu Katsir dan lain-lain karena ada pendapat lain yang yang mengatakan bahwa ayah Nabi sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam meninggal ketika Nabi sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam berusia dua puluh delapan bulan.Dan pada saat itu ayahnya berusia dua puluh lima tahun, demikian menurut pendapat yang benar.)
Sepeninggal ayahnya semua biaya hidup Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam ditanggung oleh kakek beliau yang bernama Abdul Muthalib. Pada saat berusia enam tahun, beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam diajak pergi oleh ibunya ke kota Yatsrib (Madinah al-Munawwarah) untuk mengunjungi keluarga bibi-bibi beliau dari Bani Najjar. Di sana beliau tinggal bersama mereka selama satu bulan. Setelah itu, barulah mereka kembali. Namun dalam perjalan pulang ibunya sakit yang menyebabkannya meninggal dunia, sehingga sekaligus dimakamkan di desa Abwa’.Beliau pulang bersama Ummu Aiaman yang kemudian menyerahkan Nabi sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam pada kakeknya Abdul Muthalib. Ada riwayat lain yang mengatakan bahwa setelah meninggal dunia, jenazah ibunya sempat dibawa pulang ke Mekkah dan dimakamkan di sana. Demikian menurut Ibnu Jauzi dalam kitab Al-Wafa’.
Kakek beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam wafat pada saat beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam berusia 8 tahun. Setelah itu, Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam diasuh oleh paman beliau Abu Thalib sesuai dengan wasiat kakeknya. Sejak saat itu Abu Thalib menjadi pengasuh dan pelindung Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam dari musuh-musuh beliau. Abu Thalib juga sangat mencintai Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam. Kehidupan Abu Thalib sangat miskin, namun Allah Swt telah melimpahkan keberkahan dan kemakmuran kepadanya berkat pengasuhannya terhadap Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam.
Ketika berusia 12 tahun, beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam dibawa oleh pamannya Abu Thalib ke Syam untuk berdagang, namun dia segera memulangkannya kembali karena takut terhadap apa yang akan dilakukan oleh orang-orang Yahudi kepadanya sebagaimana peringatan Pendeta Bukhaira kepada Abu Thalib.
Kemudian yang kedua kalinya adalah ketika Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam pergi bersama Maisarah budak Khadijah ra untuk membawa barang dagangan ke Syam. Pada waktu itu Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam berusia 25 tahun. Kebetulan malam tanggal 16 Dzul Hijjah, ketika Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam singgah di bawah sebuah pohon, seorang pendeta mendekat seraya berkata, “Tidak ada orang yang singgah di bawah pohon ini kecuali dia adalah seorang nabi.”

Keadaan Nabi Muhammad Sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam sebelum Diutus
Sebelum diutus menjadi nabi, Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam adalah seorang hamba yang taat beragama dan gemar beribadah. Beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam benci terhadap berhala dan hal-hal yang haram, disamping itu, beliau juga seorang penggembala domba. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam bersabda:
“Allah Swt tidak mengutus seorang nabi kecuali dia pernah menggembala domba. Lalu seorang bertanya kepada Beliau, “Apakah engkau juga?” Maka Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam menjawab, “Ya.”. Sebelum diutus menjadi nabi, Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam juga pernah berdagang. Diantara salah seorang yang pernah menjadi rekanan beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam adalah Saib Abi Saib. Oleh karena itu, pada saat pembukaan kota Mekkah Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam berkata kepadanya:

مَرْحَبًا بِأَخِي وَشَرِيْكِي

“Selamat datang, wahai saudara dan rekananku.”
Dan di dalam berdagang Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam tidak pernah menipu maupun menyakiti orang lain. Disamping itu, Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam juga telah melakukan perniagaan ke Syam dengan membawa barang dagangan milik Sayyidah Khadijah ra, dan beliau sholallah alahi was salam pulang dengan membawa keuntungan yang sangat banyak, sebuah keuntungan yang tidak terbanyangkan sebelumnya. Pada saat itu usia beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam adalah 25 lima tahun.

Nama-nama Nabi Muhammad Sholallah Alaihi wa aalihi wa shohbihi Was salam 
Di antara nama-nama Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam sebagimana disabdakan oleh beliau sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam sendiri adalah :

أَنَا مُحَمَّدُ, أَنَا أَحْمَدُ وَأَنَا المَاحِي الَّذِي يَمْحُو اللهُ بِهِ الكُفْرَ, وَأَنَا الحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِيْ, وَأَنَا العَاقِبُ فَلاَ نَبِيَّ بَعْدِي.

“Aku adalah Muhammad (terpuji), Ahmad (memuji), Maahi (yang menghapus kekafiran), Haasyir (yang mengumpulkan seluruh umat manusia dihadapannya), ‘Aaqib (penutup para nabi).”
Dalam riwayat yang lain juga disebutkan:

أَنَا المُقَفَّى وَنَبِيُّ التَّوْبََة وَنَبِيُّ الرَّحْمَةِ.

Aku adalah Muqaffa (yang dimuliakan), Nabiyyut Taubah (nabi pembuka pintu taubat) dan Nabiyyur Rahmah (nabi pembawa rahmat)”.
Adapun dalam Shahih Muslim disebutkan, “Nabiyyul Malhamah (Nabi yang memimpin peperangan.”
Dalam al-Quran Allah Ta’ala menyebut Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam dengan nama-nama berikut ini : Basyiran (pembawa berita gembira), Nadziiran (pemberi ancaman), Siraajan Muniiran (pelita yang terang), Rauufan Rahima (pengasih dan penyayang), Rahmatal lil’alamiin (pembawa rahmat bagi alam semesta). Muhammad, Ahmad, Thaha, Yaasin, Muzammil (orang yang berselimut), Mudatstsir (orang yang berkemul) dan Abdullah (hamba Allah) yaitu sebagaimana tertera dalam firman-Nya yang berbunyi:

وَأَنَّهُ لَمَا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ. (الجن : 19)

“Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadat).” (Al-Jin : 19).
Dalam al-Qur’an Nabi Muhammad sholallah alaihi was salam juga dipanggil dengan nama An-Nadziir al-Mubiin (pemberi peringatan yang menjelaskan), yaitu sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya yang berbunyi:

وَقُلْ إَنِّي أَنَا النَذِيرُ المُبِيْنُ (الحجر :89)

“Dan katakanlah sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan.” (Al-Hijr : 89)
Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam juga dipanggil dengan nama Mudzakkir (yang memberi peringatan). Hal itu sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya yang berbunyi :

إَنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّر (الغاشية : 21) “

Maka berilah peringatan karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.” (Al-Ghaasyiyah : 21)
Dan banyak lagi nama-nama lainnya, namun kebanyakan nama-nama tersebut adalah sifat.
Tanda-tanda Kenabian Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam
Ada beberapa tanda kenabian Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam, diantaranya adalah sebagai berikut : Peristiwa Pembedahan dada. Peristiwa tersebut terjadi sebanyak empat kali. Peristiwa Pembedahan dada yang pertama terjadi pada saat Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam berada dalam asuhan Halimah as-Sa’diyah dan ketika itu beliau sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam masih berusia empat tahun. Demikian menurut pendapat yang benar.
Peristiwa Pembedahan dada yang kedua, pada saat usia beliau sepuluh tahun.(hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu Hibban dan al-Hakim. Dijelaskan juga dalam Syarah Imam az-Zarqoni ala al-Mawahib al-Ladunniyah li al- Qasthalani).
Peristiwa Pembedahan dada yang ketiga terjadi ketika Jibril datang kepadanya untuk memberikan wahyu atau pada saat beliau sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam diangkat sebagai seorang nabi dan pada saat itu beliau sholallah alaihi was salam berusia empat puluh tahun. (hal tersebut sesuai hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abi Dawud ath-Thayalisi dan penjelasan yang ada dalam Syarah Imam az-Zarqoni al al -Mawahib al-Ladunniyah li al-Qasthalani).
Peristiwa Pembedahan dada yang keempat terjadi pada malam Isra’ Mi’raj, ketika Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam hendak diisra’kan, hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim. Ketahuilah bahwa seluruh cerita tentang peristiwa pembedahan dada dan pembersihan hati Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam adalah peristiwa yang wajib kita yakini, tidak ragu-ragu tanpa membayangkan bagaimana hakikat yang sebenarnya, karena peristiwa yang seperti itu bukanlah sesuatu yang mustahil bagi Allah.
Khatimun Nubuwwah (Cap kenabian). Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan bentuknya, akan tetapi menurut pendapat yang paling masyhur adalah berbentuk seperti telur burung merpati, yaitu sepotong daging yang timbul pada punggung sebelah kiri bagian atas Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam, ia memancarkan cahaya dan berbau wangi serta meningkatkan wibawa.
Mimpi yang nyata. Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam tidak pernah mimpi sesuatu kecuali ia akan menjadi kenyataan. Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam acap kali melihat cahaya dan sinar serta mendengar suara-suara. Disamping itu beliau sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam juga dapat mendengarkan ucapan salam bebatuan dan pepohonan serta terlindungi dari panasnya terik matahari dengan awan yang selalu berada di atas beliau sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam.
Anak-Anak Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam
Anak-anak Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam adalah sebagai berikut :
Qasim, dengannya Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam memperoleh julukan abul Qasim. Dia dilahirkan sebelum Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam diangkat menjadi nabi begitu pula meninggalnya, dia meninggal dunia dalam usia 2 tahun.
Abdullah, dia juga dinamai dengan ath-Thayyib dan ath-Thahir. Dia dilahirkan setelah Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam diangkat menjadi nabi, namun ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa dia dilahirkan sebelum Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam diangkat menjadi nabi. Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa ath-Thayyib bukanlah ath-Thahir. Zainab. Ruqayyah. Ummu Kultsum Fathimah az-Zahra ra.
Anak-anak perempuan Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam seluruhnya mengalami zaman Islam dan turut berhijrah bersama Rasululah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam. Perlu kami sampaikan di sini bahwa mereka semua adalah anak-anak dari Khadijah ra.
Disamping itu, Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam juga memiliki anak lain yang dilahirkan di Madinah yaituIbrahim, dia dari Mariyah al-Qibthiyyah. Ibrahim meninggal dunia ketika berusia 70 hari. Menurut sebagaian riwayat adalah 7 bulan dan riwayat yang lain lagi 8 bulan.
Seluruh anak Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam meninggal dunia pada saat beliau sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam masih hidup kecuali Fathimah az-zahra, dia meninggal 7 bulan setelah nabi wafat.
Zainab adalah anak perempuan Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam yang paling besar, dia menikah dengan Abul Ash bin Rabi’ dan dia telah masuk Islam. Dengan pernikahan tersebut dia dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Ali, namun ia meninggal dunia pada saat usianya masih dini. Disamping itu dia juga memiliki anak yang lain yaitu Umamah, seorang anak yang pernah digendong oleh Nabi Muhammad sholallah alaihi was salam pada saat beliau melakukan shalat.
Setelah dewasa Umamah menikah dengan Ali bin Abi Thalib yakni setelah meninggalnya Fathimah az-Zahra bibinya serta atas wasiat darinya. Sepeninggal Ali bin Abi Thalib Umamah menikah kembali dengan Mughirah bin Naufal bin Harits bin Abdul Muthalib dan dengan pernikahan tersebut dia dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Yahya al-Mughirah. Umamah meninggal dunia ketika menjadi isteri Mughirah.
Fathimah az-Zahra ra menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra, beliau memiliki beberapa orang anak yaitu, Hasan, Husein, Muhsin, Ruqayyah, Zainab, dan Ummu Kultsum radhyallahu ‘anhum. Muhsin meninggal dunia pada saat masih bayi sedangkan Ruqayyah meninggal dunia sebelum dewasa.
Zainab menikah dengan Abdullah bin Ja’far dan dengan pernikahan tersebut dia dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Ali, namun ia meninggal dunia pada saat masih kecil. Sedangkan Ummu Kultsum menikah dengan Umar bin Khathab ra dan dengan pernikahan tersebut dia dikaruniai seorang anak laki-laki yaitu Zaid. Setelah itu, dia menikah kembali dengan ‘Auf bin Ja’far, setelah itu diperisteri oleh saudaranya yaitu Abdullah bin Ja’far.
Adapun Ruqayyah (puteri Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam) dia menikah dengan Utsman bin Affan dan dengan pernikahan tersebut dia dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Abdullah. Ruqayah meninggal dunia pada hari dimana Zaid bin Haritsah datang membawa kabar gembira tentang kemenangan kaum muslimin di perang Badar. Setelah Ruqayyah meninggal dunia, Utsman bin Affan ra menikah kembali dengan saudaranya yakni puteri Nabi sholallah alaihi was salam yang satunya yaitu Ummu Kultsum, dan dia meninggal dunia di sisinya pada bulan Sya’ban tahun sembilan kenabian.
Hijrah Nabi Muhammad Sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam
Pada tahun ketiga belas dari kenabian, Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam memerintahkan pada sahabatnya dan orang-orang Islam yang berada di Makkah untuk berhijrah menuju Madinah agar bergabung dengan saudara-saudara mereka dari kaum Anshar. Nabi berkata :

إِنَّ اللهَ عَزَّ وّجَلَّ جَعَلَ لَكُمْ إِخْوَانًا وَدَارًا تَأْمَنُوْنَ بِهِا.

“Sesungguhnya Allah telah mempersiapkan keluarga dan rumah sebagai tempat berlindung yang aman untuk kamu sekalian.”
Maka keluarlah mereka berbondong-bondong menuju Madinah. Tetapi untuk sementara Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam tetap tinggal di Makkah sambil menunggu izin dari Allah untuk keluar berhijrah. Diantara mereka adalah Umar bin Al-Khattab, Talhah bin Zaid, Hamzah, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Abu Hudzaifah, Usman bin Affan dan lain-lain.
Dan setiap hari orang Islam secara bertahap berhijrah ke Madinah sehingga tidak ada yang tinggal bersama Nabi di Makkah kecuali Imam Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar As-Shiddiq radhiyallah ‘anhuma beserta orang-orang yang tertahan dan tersiksa. Kemudian Nabi mendatangi rumah Abu Bakar dan berkata kepadanya:“Sesungguhnya Allah telah mengizinkan kepadaku untuk berhijrah.” Maka Abu Bakar serentak menjawabnya, “Aku akan menemanimu, wahai Rasulullah!” Rasulullah menjawab pula, ”Ya, memang Kaulah yang kuminta menemaniku nanti.” Mendengar jawaban itu, Abu Bakar menangis karena terharu dan gembira.
Jauh sebelumnya Abu Bakar telah menyediakan dua ekor unta sebagai kendaraan mereka untuk berhijrah, dan ia telah mengupah Abdullah bin Uraiqit sebagai teman dan penunjuk jalan ke Madinah. Nabi keluar bersama Abu Bakar dengan sembunyi-sembunyi menuju gua Tsaur. Dan Abu Bakar telah berpesan kepada Abdullah bin Abu Bakar puteranya, untuk mendengarkan apa yang dibicarakan orang di Makkah tentang mereka berdua, serta menyuruh Amir bin Fuhairah bekas budaknya untuk menggembala kambingnya pada siang hari dan beristirahat pada malam harinya di sekitar tempat persembunyian mereka berdua itu.
Puteri Abu Bakar Asma’ senantiasa mengirim makanan bagi keduanya. Setelah Nabi dan Abu Bakar masuk ke dalam gua, Allah memerintahkan laba-laba untuk membuat sarang di antara mulut gua itu dengan pohon yang berada di muka gua, maka tertutuplah Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam bersama Abu Bakar dari pandangan musuh-musuhnya. Allah juga memerintahkan dua burung merpati liar untuk membuat sarang di antara sarang laba-laba dan pohon di sampingnya.
Pengejaran yang dilakukan kaum Musyrikin itu menjangkau mulut gua Tsaur itu. Akan tetapi Allah menutupi keduanya sehingga tidak ada seorang pun yang melihat mereka. Yang terlihat oleh kaum Musyrikin hanyalah sarang laba-laba yang menutupi pintu gua itu, hal itu sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam firman-nya yang berbunyi :

فَأَنْزَلَ اللهُ سَكِيْنَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُوْدٍ لَمْ تَرَوْهَا. (التوبة : 40)

“Maka Allah meurunkan ketenanganNya pada (Rasul)-Nya, dan diperkuatnya dengan bala tentara yang tidak terlihat oleh mereka (Musyrikin).”(At-taubah:40)
Dari dalam gua itu Abu Bakar yang menyaksikan gerak-gerik kaum Musyrikin yang ada di atas gua sempat berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah! Andaikata salah seorang dari mereka sampai mengangkat telapak kakinya, pasti mereka akan melihat kita.” Jawab Rasulullah, “Jangan kamu kira kita ini hanya berdua, Allahlah yang ketiganya.” Pembicaraan keduanya itu direkam oleh Allah dalam firmanNya yang berbunyi :

ثَانِىَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الغَارِ إِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا.(التوبة : 40)

“Salah seorang dari dua orang yang sedang berada dalam gua itu berkata kepada temannya, “Janganlah kamu (Abu Bakar) bersusah hati, sesungguhnya Allah beserta kita.” (At-Taubah: 40)
orang-orang Quraisy yang gagal menemukan Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam itu segera mengumumkan akan memberi hadiah seratus ekor unta bagi yang dapat menemukan baginda Rasulullah.
Nabi dan Abu Bakar hanya tiga malam saja bersembunyi dalam gua Tsaur itu. Kemudian keduanya melanjutkan perjalanan mereka dengan ditemani oleh Amir bin Furaihah dan Abdullah bin ‘Uraiqit sebagai penunjuk jalan.
Mendengar sayembara yang dikeluarkan oleh kaum Quraisy itu, Suraqah bin Malik bin Ju’syum seorang pemuda tangguh, berusaha mengejar Nabi untuk mengembalikannya kepada kaum Quraisy agar dia mendapat hadiah seratus ekor unta. Ia memacu kudanya dengan mengikuti jejak unta Nabi yang ditemukannya, hingga suatu ia tergelincir kudanya dan terpelanting berkali-kali. Ketika melihat Suraqah mendekat, Nabi berdoa memohon perlindungan kepada Allah yang menyebabkan kuda Suraqah terjatuh karena kakinya terbenam ke dalam pasir. Di saat itulah Suraqah sadar bahwa dia tidak akan dapat menangkap Rasulullah.
Dalam keadaan kaki kudanya sedang ditelan bumi ia pun segera memohon pertolongan kepada Rasulullah. Ia berteriak sekuat tenaga, “Aku adalah Suraqah bin Malik bin Ju’syum, berhentilah sebentar aku mau bicara denganmu, dan aku berjanji tidak akan berbuat yang membahayakanmu!” Nabi menyuruh Abu Bakar menanyakan maksud Suraqah yang sebenarnya. Maka Suraqah menjawab, “Tuliskan sebuah surat yang dapat kami jadikan bukti antara aku dan kamu!” Amir bin Fuhairah segera menuliskan satu tulisan pada sepotong tulang atau pada selembar kulit. Nabi berkata pada Suraqah, “Bagaimanakah kalau anda kelak memakai perhiasan Kaisar Persia?” Apa yang diucapkan oleh Nabi ini ternyata menjadi kenyataan sewaktu kerajaan Kaisar Persia dapat ditumbangkan oleh kaum Muslimin di masa pemerintahan khalifah Umar bin Al-Khattab ra Pada waktu mahkota dan segala perhiasan Kaisar Persia diserahkan kepada Khalifah Umar, maka Baginda memanggil Suraqah bin Malik untuk diberi Mahkota dan perhiasan Kaisar Persia itu sebagai pemenuhan apa yang dijanjikan oleh Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam waktu itu.
Di tengah perjalanan, kafilah Nabi itu bertemu dengan perkemahan Ummi Ma’bad yang berdiri di tengah-tengah padang pasir. Di sisi kemah itu, Nabi melihat ada seekor kambing yang kurus dan sakit. Baginda pegang puting susu kambing itu, maka sambil berdoa baginda perah hingga keluarlah air susu dari kambing yang biasanya tidak bisa mengeluarkan.
Pada mulanya air susu itu diberikan kepada Ummi Ma’bad, kemudian diperah lagi buat rombongan yang ikut bersama baginda. Selanjutnya baginda perah lagi untuk diberikan pada suami Ummi Ma’bad yang ketika itu sedang menggembala kambing-kambingnya. Sehingga setibanya Abu Ma’bad, ia terperanjat melihat ada segelas susu yang terletak di atas mejanya. Ia bertanya pada isterinya mengenai asal muasal air susu dalam gelas itu. Kata Ummi Ma’bad, “Demi Allah, tadi ada seorang lelaki yang membawa berkat kemari, ia mempunyai akhlak yang tinggi sekali dan tutur katanya amat sopan pula.” Mendengar kisah Ummi Ma’bad itu, maka Abu Ma’bad berkata, “Demi Allah aku harus menemui lelaki bangsa Quraisy yang sedang diburu oleh kaumnya itu.”
Demikianlah Nabi melanjutkan perjalanannya hingga Quba’ (pinggiran kota Madinah). Baginda sampai di sana tepat pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul-Awwal yang merupakan hari pertama bagi sejarah Islam. Setelah itu Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam singgah di rumah Kultsum bin Hadam, lalu melaksanakan shalat Jumat di Bani Salim bin ‘Auf dan itulah shalat Jum’at pertama yang dilaksanakan dalam Islam.
Sesampainya di Madinah, Nabi sholallah alaihi was salam segera mengutus Zaid bin Haritsah dan Abu Rafi’ untuk pergi ke Mekkah dengan bekal dua ekor keledai dan uang sebanyak lima ratus dirham, lalu mereka kembali bersama Fathimah binti Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam, Ummi Kultsum, Saudah binti Zam’ah, Usamah bin Zaid dan Ummu Aiman radhiyaalhu ‘anhum.
Isteri-Isteri Nabi Muhammad Sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam
Isteri-isteri Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam adalah sebagai berikut :
Khadijah binti Khuwailid ra. Beliau telah hidup bersama Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam sejak 15 tahun sebelum turun wahyu hingga tiga tahun sebelum Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam hijrah ke Madinah dan beliau wafat di sisinya.
Saudah binti Zam’ah ra. Beliau hidup bersama Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam hingga lanjut usia. Suatu saat Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam hendak menceraikannya, namun akhirnya dia rela untuk memberikan giliran harinya untuk ‘Aisyah ra dan dia berkata, “Wahai Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam, aku sudah tidak lagi memiliki ghirah terhadap laki-laki, namun aku ingin agar kelak di akhirat dikumpulkan bersama isteri-isteri engkau.” Di antara salah satu keistimewaannya adalah dia pernah menjadi isteri tunggal Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam selama tiga tahun setelah meninggalnya Khadijah dan dia meninggal dunia pada tahun lima puluh lima Hijriyah.
‘Aisyah binti Abi Bakar ra. Beliau menikah dengan Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam di Mekkah 2 tahun sebelum hijrah. Menurut sebagian riwayat 3 tahun sebelum hijrah. Pada saat itu ‘Aisyah berusia 6 atau 7 tahun dan beliau tinggal bersama Nabi di Madinah dalam usia 9 sembilan tahun. Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam meninggal dunia dalam pangkuannya dan pada saat itu ‘Aisyah berusia 18 tahun. ‘Aisyah ra meninggal dunia pada tahun 58 Hijriyah, namun menurut sebagian riwayat bukan pada tahun itu dan Nabi Muhammad sholallah alaihi was salam tidak pernah menikah dengan seorang gadis kecuali dengannya dan dia dijuluki dengan Ummu Abdillah (karena dia telah memelihara Abdullah bin Zubair, putera Asma’ saudara perempuan ‘Aisyah, isteri Zubair bin Awwam).
Hafshah binti Umar bin Khathab ra. Diriwayatkan bahwa pada suatu saat Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam hendak menceraikannya, lalu Jibril datang kepadanya dan berkata, “Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkanmu untuk kembali kepada Hafshah karena dia adalah wanita ahli ibadah dan berpuasa.” Dalam hadits yang lain dijelaskan bahwa kembalinya Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam kepada Hafshah adalah sebagai tanda kasih sayang Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam kepada Umar bin Khathab ra. Hafshah bintu Umar bin Khathab meninggal dunia pada tahun 45 Hijriyah, namun menurut riwayat yang lain bukan pada tahun itu.
Ummu Habibah binti Abi Sufyan ra. Beliau menikah dengan Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam ketika berada di Habasyah dan mas kawinnya adalah uang sebanyak empat ratus dinar, hadiah dari raja Najasi kepada Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam dan yang menjadi wali dalam pernikahan tersebut adalah Utsman bin Affan ra. Ummu Habibah meninggal dunia pada tahun 4 Hijriyah.
Ummu Salamah Hindun binti Umayyah ra. Beliau meninggal dunia pada tahun 62 Hijriyah. Dia adalah isteri Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam yang paling terakhir meninggal dunia, akan tetapi menurut riwayat yang lain bahwa isteri Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam yang paling terakhir meninggal dunia adalah Maimunah ra.
Zainab binti Jahasy ra. Beliau meninggal dunia di Madinah pada tahun 20 Hijriyah. Dia adalah isteri Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam yang pertama kali meninggal dunia setelah beliau sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam dan orang pertama yang mayatnya dibawa dengan keranda.
Juwairiyah binti al-Harits ra. Beliau adalah salah seorang tawanan perang dalam ghazwah Bani Mushthaliq, lalu Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam membebaskan dan menikahinya. Dia meninngal dunia pada tahun 56 enam Hijriyah.
Maimunah binti al-Harits ra. Beliau adalah bibi Khalid bin Walid dan Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Dia adalah wanita terakhir yang dinikahi oleh Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam dan dia wafat pada tahun lima puluh satu Hijriyah, akan tetapi dalam riwayat yang lain dikatakan bahwa beliau meninggal dunia pada tahun 66 Hijriyah.
Shafiyyah binti Huyai bin Akhthab ra, seorang wanita Yahudi dari keturunan Nabi Harun as. Beliau adalah salah seorang tawanan dalam perang Khaibar, lalu Nabi Muhammad sholallah alaihi was salam memerdekakan dan menikahinya. Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam telah menjadikan kemerdekaannya itu sabagai mahar dalam pernikahan tersebut dan beliau wafat pada tahun lima puluh Hijriyah.
Zainab binti Khuzaimah ra, seorang wanita yang dikenal dengan nama Ummul Masakin (ibunya orang-orang miskin). Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam telah menikah dengannya pada tahun 3 Hijriyah, namun usia pernikahan tersebut berjalan tidak lama, karena hanya dalam waktu dua atau tiga bulan dia meninggal dunia.
Demikianlah isteri-isteri Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam yang telah bergaul dan hidup bersama beliau sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam sesuai dengan dalil-dalil yang kuat. Makam mereka sangat terkenal yaitu di Baqi’ kecuali Sayyidah Khadijah ra dan Sayyidah Maimunah ra. Sayyidah Khadijah ra dimakamkan di Hujun Mekkah sedangkan Sayyidah Maimunah ra dimakamkan di Wadi Sarif, salah satu lembah dekat Mekkah.
Disamping itu, Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam juga pernah menikah dengan Fathimah binti Dhahhak. Namun ketika turun ayat Tahyir (perintah kepada isteri-isteri Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam untuk menentukan pilihan yakni Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam atau dunia), dia justru memilih dunia, dari pada Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam, maka Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam menceraikannya.Setelah peristiwa tersebut dia jatuh miskin, bahkan karena begitu miskinnya hingga sampai mencari sisa-sisa makanan di tempat-tempat sampah, dan dia mengatakan, “Aku adalah orang yang paling celaka, karena aku telah memilih dunia dan meninggalkan Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam.”
Nabi Muhammad sholallah alaihi was salam juga pernah menikah dengan Syaraf saudara prempuan Dahiyah al-Kalabi ra. Nabi Muhammad sholallah alaihi was salam juga pernah menikah denganKhaulah binti al-Hudzail. Dalam riwayat yang lain disebutkan Binti Hakim. Dia adalah seorang wanita yang telah memberikan dirinya kepada Nabi Muhammad sholallah alaihi was salam untuk dinikahi.
Akan tetapi menurut riwayat yang lain bahwa wanita yang telah memberikan dirinya kepada Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam untuk dinikahi adalah Ummu Syuraik. Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam juga pernah menikah dengan Asma’ binti Ka’ab al-Jauniyah ra, namun mereka semua telah diceraikan oleh Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam sebelum digauli.
Disamping itu, Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam juga pernah menikah dengan salah seorang wanita dari suku Ghifar, akan tetapi setelah Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam melihatnya berkulit putih yang sangat buruk, maka Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam mengembalikan kembali kepada keluarganya.
Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam juga pernah menikah dengan Umaimah, namun anehnya ketika Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam datang kepadanya, dia berkata, “Aku berlindung kepada Allah darimu.” Maka Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam berkata kepadanya, “Semoga Allah Swt menjauhkan engkau dari orang yang engkau berlindung darinya. Kembalilah engkau pada keluargamu.”
Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam juga pernah menikah dengan Aliyah binti Dhabyan, akan tetapi akhirnya dia diceraikan oleh Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam ketika hendak dikumpulinya.
Rasulullah sholallah alaihi was salam juga pernah menikah dengan puteri ash-Shalt, akan tetapi dia meninggal dunia sebelum dikumpuli oleh Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam. Nabi Muhammad sholallah alaihi was salam juga pernah menikah dengan Mulaikah al-Laitsiyah. Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa dialah wanita yang mengatakan kepada Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam, “Aku berlindung kepada Allah darimu.” Lalu Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam menceraikannya. Pada suatu saat Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam pernah meminang seorang wanita kepada ayahnya, lalu dia pun segera menyebutkan segala macam sifat dan prilaku anak perempuannya itu kepada Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam dan dia berkata, “Aku menambahkan satu hal lagi tentang anak perempuanku itu bahwa dia tidak pernah sakit.” Maka Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam berkata kepadanya, “Tidak ada kebaikan baginya di sisi Allah.” Lalu Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam meninggalkannya.
Kepada setiap wanita yang dinikahinya Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam telah memberikan mas kawin uang sebanyak lima ratus dirham kecuali Shafiyyah dan Ummu Habibah. Demikian menurut pendapat yang paling benar.
(Uraian As-Sayyid Al-Allamah Muhammad bin ‘Alawiy Al-Maliki Al-Hasani)