Minggu, 25 Agustus 2013

MUKJIZAT RASULULLAH SAW. SAAT MASIH BALITA




Di saat Rasulullah Saw. lahir, banyak dari kaum Quraisy yang menjenguk dan mengucapkan selamat atas kelahiran Nabi Saw. Begitu pulang ke rumah, keluarganya terkejut dengan bau harum semerbak darinya, dan menanyakan apakah dirinya memakai minyak wangi? Maka dijawab bahwa bau semerbak harum ini bukanlah dari minyak wangi, tetapi dirinya baru saja pulang dari menjenguk Muhammad bin Abdullah Saw.

Sesungguhnya ini semua adalah sebagai anugerah yang sangat agung dari Allah Swt. yang dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah Saw. Dan sebagai mukjizat yang menunjukkan keutamaan dan keistimewaan Rasulullah Saw. di sisi Allah Swt.

Saat Rasulullah Saw. lahir, yang pertama kali menyusui beliau adalah ibunda tercinta Sayyidah Aminah Ra. Yang kedua adalah Sayyidah Tsuwaibah al-Aslamiyyah Ra., baru kemudian Sayyidah Halimah as-Sa’diyyah Ra.

Sayyidah Halimah Ra. adalah wanita yang suci nan mulia di sisi Allah Swt. yang telah dilimpahi anugerah agung dari Allah Swt. dengan dipilihnya untuk menyusui dan merawat kekasihNya, Rasulullah Muhammad Saw. Dan pada hakikatnya Allah Swt. telah menentukan pilihannya tersebut, serta menjaga kesuciannya dari perbuatan jahiliyyah. Dan Allah Swt. telah melimpahkan pula kepadanya kebersihan lahir batin, semata-mata hal itu adalah demi memuliakan dan mengagungkan Baginda Nabi Besar Muhammad Saw. (Madarij ash-Shu’ud halaman 17).

Dan sesungguhnya daerah tempat tinggal Sayyidah Halimah yang bernama Bani Sa’d, yang terletak di sekitar Thoif sedang mengalami paceklik yang sangat panjang. Meskipun demikian, dengan taufiq dan hidayah dari Allah Swt., Sayyidah Halimah senantiasa ridha, sabar dan selalu bersyukur kepada Allah Swt.

Sahabat Abdullah bin Abbas Ra. berkata: “Sesungguhnya Allah Swt. telah memerintahkan malaikatNya untuk menyerukan panggilan: “Wahai seluruh makhluk ciptaan Allah Swt. Ketahuilah oleh kalian semua, sesungguhnya telah lahir kekasih Allah Swt. Baginda Nabi Besar Muhammad Saw. Sungguh beruntung sekali makhluk yang dipilih untuk menyusui dan merawatnya.” Setelah para makhluk Allah Swt. mendengar seruan tersebut, maka mereka memohon kepada Allah Swt. agar diizinkan untuk merawatnya, bahkan para malaikat pun sangat mengharapkan hal itu. Maka Allah Swt. berfirman: “Ketahuilah oleh kalian semua wahai makhlukKu, sesungguhnya Aku telah menetapkan Halimah untuk merawat dan menyusuinya.”

Kondisi Sayyidah Halimah Ra. sebelumnya adalah dalam keadaan miskin dan susah payah dalam kehidupannya. Namun beliau tetap memperbanyak syukur kepada Allah Swt. Meskipun kehidupan Sayyidah Halimah Ra. semakin berat, makan apa adanya dari tanam-tanaman yang ada di sekitarnya. Ditambah lagi beliau baru saja melahirkan anak keduanya yang berjenis kelamin laki-laki. Maka kesulitan demi kesulitan pun semakin bertambah dan memuncak, sehingga memaksa beliau untuk makan sedikit sekali dalam seminggunya.

Dalam keadaan yang penuh dengan kesengsaraan itu, beliau mimpi didatangi seseorang yang menuntunnya menuju telaga air yang putih jernih melebihi susu. Sayyidah Halimah Ra. disuruh meminumnya. Beliau kemudian minum sampai merasa kenyang dan bertanya: “Wahai tuan, siapakah sebenarnya Anda?”

Orang tersebut menjawab: “Wahai Halimah, ketahuilah olehmu, sesungguhnya aku adalah al-Hamd yang berwujud sebagai manusia dikarenakan pujianmu kepada Allah Swt. di saat kamu dalam keadaan sulit ataupun senang. Pergilah engkau ke Makkah, niscaya kamu akan mendapati kemakmuran dari sana.”

Maka 7 hari kemudian setelah Rasulullah Saw. lahir, Sayyidah Halimah bersama suami dan anaknya yang bernama Abdullah pergi ke Makkah untuk mencari penghasilan sebagai tukang rawat dan menyusui bayi. (Nuzhat al-Majalis juz 2 halaman 79).

Sayyidah Halimah Ra. pernah menceritakan tentang dirinya: “Bahwa aku, suamiku dan anakku yang masih kecil pergi ke Makkah beserta rombongan dari Bani Sa’ad untuk mencari penghasilan (merawat dan menyusui bayi). Dan hal itu terjadi pada tahun paceklik yang sangat dahsyat sehingga hewan-hewan ternak kami banyak yang mati, dan pada saat itu kota Makkah dalam keadaan subur makmur.

Kemudian kami berangkat dengan mengendarai hewan keledai yang sudah tua nan kurus, serta kami bawa pula onta untuk kami perah susunya. Dan pada malam hari kamipun tak bisa tidur akibat tangisan anak kami yang kelaparan dikarenakan air susuku sudah tidak muncukupinya lagi. Apalagi air susu onta kami juga tak bisa diharapkan lagi. Kami benar-benar dalam kondisi yang sangat kritis. Hanya tersisa suatu harapan datangnya suatu pertolongan dan jalan keluar dari kesulitan kami ini.

Maka kami pun tetap berangkat ke Makkah dengan keledai tua yang tertatih-tatih dan lambat sekali, sehingga rombongan kami merasa keberatan dan payah atas lambatnya keledai kami. Akhirnya kami pun sampai juga di Makkah, dan mencari bayi yang akan kami susui.” (Sirah Ibnu Hisyam halaman 37).

Pada saat itu pula, Sayyidina Abdul Muthalib (kakek Nabi Saw.) mendengar hatif (seruan malaikat yang diperintah oleh Allah Swt.) yang menyerukan agar Rasulullah Saw. jangan disusukan kecuali kepada Sayyidah Halimah as-Sa’diyyah Ra. (As-Sirah an-Nabawiyyah juz 1 halaman 56).

إن ابن آمنة الآمين محمد خير الأنام وخيرة الأخيار
ما أن له غير الحليمة مرضع نعم الأمينة هي على الأبرار
مأمونة من كل عيب فاخش ونقية الأثواب والأوزار
لاتسلمنه إلى سواها أنه أمر حكيم جاء من جبار

“Sesungguhnya Muhammad Saw. al-Amiin putra Sayyidah Aminah, adalah insan yang paling utama dan sebaik-baiknya pilihan Allah Swt.
Tiada yang berhak untuk menyusuinya kecuali Halimah as-Sa’diyyah. Dialah (Halimah) sebaik-baiknya wanita pilihan.
Yang terjaga dari segala aib dan kejelekan, serta telah disucikan lahir dan batinnya.
Janganlah sekali-kali engkau serahkan Muhammad Saw. selain kepadanya. Sungguh ini adalah suatu keputusan dan ketetapan dari Allah Swt. Dzat Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.”

Sesampainya Sayyidah Halimah di Makkah, maka dengan izin Allah Swt. beliau ditemukan dengan Sayyidina Abdul Muthalib Ra. Dan saat itu pula Sayyidina Abdul Muthalib telah mengetahui bahwa beliau (Sayyidah Halimah) adalah sebagian dari rombongan para wanita yang sedang mencari anak untuk dirawat dan disusuinya.

Sayyidah Halimah Ra. berkata: “Kemudian Sayyidina Abdul Muthalib menemuiku dan bertanya: “Siapakah sesungguhnya engkau dan dari manakah asalmu?”

Aku pun menjawab: “Wahai Tuan Abdul Muthalib, saya adalah seorang wanita biasa dari kabilah Bani Sa’ad.”

Beliau bertanya lagi: “Siapakah namamu?”

Aku pun menjawab: “Duhai Tuan Abdul Muthalib, namaku adalah Halimah.”

Beliau kemudian tersenyum bahagia dan berkata: “Halimah dan Sa’diyyah adalah dua nama yang sangat indah sekali yang menunjukkan kemuliaan dan kebaikan dunia akhirat, maukah kamu menyusui dan merawat cucuku, niscaya engkau mendapati keberuntungan yang abadi?”

Aku pun menjawab: “Wahai Tuan, sungguh saya bersedia, segera pertemukan saya dengannya.”

Maka wajah Tuan Abdul Muthalib semakin berbinar-binar memancarkan kebahagian yang meluap (atas tercapainya apa yang diharapkan). Kemudian beliau mengajakku masuk ke dalam rumah Sayyidah Aminah Ra.

Sesampainya di sana, beliau (Sayyidah Aminah Ra.) menyambutku dan berkata: “Selamat datang dan kami senang bertemu denganmu.”

Kemudian beliau (Sayyidah Aminah Ra.) mengajakku masuk ke kamar Rasulullah Saw. dengan sangat perlahan-lahan dan sangat hati-hati. Setelah aku melihatnya, aku sangat kagum dengan keindahan wajahnya yang sangat anggun mempesona laksana mutiara yang tiada duanya. Beliau Saw. sedang tidur dengan pulas berselimutkan sutera yang sangat putih dan jernih melebihi putihnya susu dan terhampar di bawahnya sutera hijau yang sangat indah dan semerbak bau yang sangat harum menyebar dari tubuhnya. Maka aku pun mendekatinya dengan sangat perlahan dan hati-hati karena khawatir membangunkan beliau dari tidurnya.

Dan dengan sangat hati-hati aku usapkan tanganku di dada beliau. Tiba-tiba beliau terbangun dan membuka kedua matanya dan tiba-tiba pula memancar cahaya dari kedua mata beliau dan kemudian beliau pun memandangku dengan senyumnya yang sangat indah. Aku pun terpana dan sangat kagum, belum pernah selama hidupku aku melihat peristiwa yang sangat luar biasa seperti ini. Aku pun tak sabar lagi untuk secepatnya memegang dan memeluknya.

Seketika itu pula, dengan reflek aku cium keningnya (antara kedua matanya). Aku angkat, aku gendong, aku peluk dan tiba-tiba kedua payudaraku yang tadinya sedikit air susunya, seketika menjadi penuh dan deras air susunya. Maka Aku pun memberikan susu kanan kepada beliau, dan beliau pun meminumnya. Begitu aku pindahkan ke sebelah kiri, beliau menolaknya. Seakan-akan beliau memberikan isyarah bahwa susuku yang kiri adalah untuk anakku Abdullah.”

Para ahli ilmu mengatakan tentang hal ini: “Sesungguhnya Allah Swt. memberikan ilham kepada Rasulullah Saw., bahwa beliau mempunyai saudara yang menyusu bersamanya, maka beliau Saw. pun memberikan bagian untuknya.”

Sayyidah Halimah Ra. berkata: “Setelah beliau Saw. merasa cukup, kemudian aku susui anakku Abdullah dengan susu kiri sampai kenyang dan tidur pulas. Padahal sebelumnya anakku tidak pernah bisa tidur pulas karena lapar.

Pada saat itu pula, suamiku yang sedang menunggu di luar mendekati onta yang kami bawa. Tiba-tiba onta kami tersebut kelihatan segar, gemuk dan kantong susunya penuh dengan air susu. Kemudian ia memerah susunya untuk kami minum sampai kami merasa segar dan kenyang sekali. Dan kami pun bisa tidur pulas di malam itu, padahal sebelumnya kami tak pernah bisa tidur pulas.

Maka pada pagi harinya suamiku berkata: “Wahai istriku tercinta Halimah, sungguh kita telah mendapatkan bayi agung yang sangat mulia dan penuh keberkahan.”

Demikian pula, keledai kami yang dulunya kurus dan lemah kini tiba-tiba menjadi gemuk, kuat, sehat dan cepat jalannya.” (As-sirah an-Nabawiyyah juz 1 halaman 55).

Wallahu al-Musta’an A’lam.