Selasa, 07 Januari 2014

MARI RAYAKAN DAN SEMARAKKAN MAULID NABI SAW.


Maulid Nabi Muhammad saww.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَنَبِيِّكَ وَرَسُوْ لِكَ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَاَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتهِ ِوَسَلِّمْ عَدَدَ خَلْقِكَ وَرِضَاءَ نَفْسِكَ وَزِنَةَ عَرْشِكَ وَمِدَادَكَلِمَاتِكَ

Pada saat ini kita sudah memasuki bulan Rabiul Awal, dimana dibulan Rabiul Awal ada momen bersejarah yang sangat penting yang tidak boleh kita lupakan, yaitu pada abad ke 14 yang lalu dalam hitungan kalender Hijriyah telah dilahirkannya seorang Nabi dan juga seorang Rasul yang ummiy (tidak bisa membaca dan menulis), beliau sebagai penutup para Nabi dan Rasul yaitu Nabi Muhammad saww., beliau dilahirkan pada hari Senin, 12 Robiul Awal tahun gajah (penamaan tahun gajah, karena pada masa itu kota Mekah diserang pasukan Nasrani berkendaraan gajah dibawah pimpinan Abraha) atau tanggal 20 April 571 M., ayah beliu bernama Abdullah bin Abdul Mutholib (meninggal sewaktu Nabi masih didalam kandungan) dan ibu beliau bernama Aminah binti Wahab, beliu dilahirkan dan diutus oleh Allah SWT. untuk membawa syari’at dan menyempurnakan agama-agama yang lain menjadi agama yang sempurna yaitu Agama Islam.

Pada akhir-akhir ini banyak orang-orang yang mengadakan peringatan dan perayaan kelahiran (Maulid) Nabi Muhammad saww. baik dirumah-rumah, musholah-musholah, masjid-masjid, instansi-instansi, dll, dengan diadakannya pembacaan kisah-kisah riwayat Nabi Muhammad saww. dari beliau lahir hingga wafat, seperti pembacaan kitab Barzanji, Ad Diba’, Simthud Duror, Adhiya’u lami, Burdah, dll dan juga tidak sedikit orang-orang mengatakan bahwa mengadakan peringatan maulid adalah bid’ah, tidak dikerjakan oleh Nabi dan para sahabatnya dan juga perbuatan tersebut perbuatan yang mubazir.

Disini alfaqir akan memberikan sedikit ilmu yang alfaqir ketahui untuk menambah ilmu pengetahuan dan menambah keyakinan kita dalam beramal sholeh, khususnya bagi mereka yang suka mengadakan perayaan maulid Nabi Muhammad saww..

Mengadakan maulid Nabi saww. tidak dilarang dalam agama (jika pelaksanaannya tidak menjadikan adanya perbuatan maksiat), bahkan perbuatan tersebut adalah sunnah karena di dalam Al Qur’an Allah berfirman :

ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ

Dzalika wa man yu’azhzhim sya’aa-irollaahi fainnahaa min taqwal quluubi.

Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (QS. Al Hajj (22) : 32)

Dari ayat tersebut bahwasanya kita disuruh untuk mengagungkan syiar-syiar Allah, syiar-syiar Allah salah satunya yang terbesar adalah memperingati dilahirkannya seorang Nabi yang Mulia yaitu Nabi Muhammad saww.

Bergembira dengan Rasulullah saww. adalah perintah Al Qur’an. Allah SWT. berfirman:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ

Qul bifadhlillaahi wabirohmatihi fabidzalika.

Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. (QS. Yunus (10) : 58).

Jadi, Allah SWT. menyuruh kita untuk bergembira dengan rahmat-Nya, sedangkan Nabi saww. merupakan rahmat yang terbesar, sebagaimana tersebut dalam Al Quran:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Wa maa arsalnaaka illa rohmatan lil’aalamiina.

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al Anbiya’ (21) : 107).

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا

“Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.” (QS. Yunus ayat 58).

Abu Sai-kh meriwayatkan dari Ibnu Abbas Ra. tentang tafsir ayat ini bahwa yang dimaksud dari fadhal/karunia Allah di sini adalah “ilmu”, dan yang dimaksud dari rahmat Allah adalah “Nabi Muhammad Saw.” Allah Swt. berfirman: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al-Hafidz as-Suyuthiy dalam ad-Durr al-Mantsur juz 4 halaman 364).

Penafsiran serupa dapat kita jumpai dalam kitab Ruh al-Ma’aniy juz 10 halaman 141, Tafsir Abi Su’ud juz 4 halaman 156, Tafsir al-Kabir juz 18 halaman 123. Hal ini bukan berarti kita menafikan penafsiran yang lain, seperti tafsiran rahmat sebagai al-Quran, iman, Islam, atau yang lainnya. Karena memang rahmat Allah sangat luas dan rahmat terbesar bagi kita adalah Nabi Muhammad Saw., sebab beliu adalah rahmat bagi seluruh alam.

Bahkan Rasulullah saww. juga memperingati hari kelahiran beliau seperti diriwayatkan saat beliau ditanya tentang keutamaan puasa dihari senin, Rasulullah saww. berkata:

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ

Dzaaka yaumun wulidtu fiihi wa yaumun bu’itstu au anzila alayya fiihi.

Itu adalah hari, ketika aku dilahirkan dan aku diutus (sebagai Rasul) atau pada hari itulah wahyu diturunkan atasku. (HR. Muslim)

Dan dalil-dalil lainnya yang diriwayatkan oleh para sahabat dan para ulama salafuna sholeh tentang di sunnahkan dan perbolehkannya untuk mengagungkan atau mengadakan peringatan atau perayaan maulid Nabi Muhammad saww. sebagai berikut:

Sayyidina Abubakar As Siddiq ra. berkata:

قَالَ اَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيْقُ رَضِيَ اللهُ عَنْهَ: مَنْ اَنْفَقَ دِرْهَمًا عَلَى قِرَاءَةِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كَانَ رَفِيْقِي فِي الْجَنَّةِ

Qoola Abuu bakrin Ash Shiddiiqu radhiyallahu anhu: Man anfaqo dirhaman ‘alaa qiroo-ati maulidin nabiyyi shalallaahu alaihi wasallama kaana rofiiqiil jannati.

Barangsiapa yang menafkahkan satu dirham bagi yang menggalakkan bacaan maulid Nabi saww. maka ia akan menjadi temanku didalam surga.

قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهَ: مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَدْ أَحْيَا الْإِسْلَامَ

Qoola ‘Umaru radhiyallahu ‘anhu: Man ‘azhzhoma maulidan nabiyyi shallallaahu ‘alaihi wasallama faqod ahyal islaama.

Sayyidina Umar bin Khotob ra. berkata: Barangsiapa membesarkan (memuliakan) majelis maulid Nabi saww. maka sesungguhnya ia telah menghidupkan Islam.

قَالَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: مَنْ اَنْفَقَ دِرْهَمًا عَلَى قِرَاءَةِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَكَأَنَّمَا شَهِدَ غَزْوَةَ بَدْرٍ وَحُنَيْنٍ

Qoola ‘Utsmaanu rodhiyallaahu ‘anhu: Man anfaqo dirhaman ‘alaa qiroo-ati maulidin nabiyyi shallallaahu ‘alaihi wasallama faka-annamaa syahida ghozwata badrin wa hunainin.

Sayyidina Utsman bin Affan ra. berkata: Barangsiapa yang menafkahkan satu dirham untuk majelis membaca maulid Nabi saww. maka seolah-olah mereka telah menyaksikan peperang Badar dan Hunain.

قَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَكَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ: مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَكَانَ سَبَبًا لِقِرَاءَتِهِ لَا يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا بِاْلإِيْمَانِ وَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Qoola ‘Aliyyun rodhiyallahu ‘anhu wa karromallahu wajhahu: Man ‘azhzhoma maulidan nabiyyi shallallaahu ‘alaihi wasallama wa kaana sababan liqiroo-atihi laa yakhruju minad dunyaa illa bil-iimaani wa yadkhulul jannata bighoiri hisaabin.

Sayyidina Ali bin Abi Tholib ra. berkata: Barangsiapa membesarkan majelis maulid Nabi saww. dan karenanya diadakan majelis pembacaan maulid maka dia tidak akan keluar dari dunia (meninggal) melainkan dengan keimanan dan akan masuk kedalam surga tanpa hisab.

قَالَ حَسَنُ الْبَصْرِيُّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: وَدِدْتُ لَوْ كَانَ لِي مِثْلُ جَبَلِ أُحُدٍ ذَهَبًا فَأَنْفَقْتُهُ عَلَى قِرَاءَةِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ

Qoola Hasanul bashriyyu rodhiyallaahu ‘anhu: Wadidtu lau kaana lii mitslu jabali uhudin dzahaban fa-anfaqtuhu ‘alaa qiroo-ati maulidin nabiyyi shallallaahu ‘alaihi wasallama.

Asy Syaikh Hasan Al Bashri berkata: Aku suka sekiranya aku mempunyai emas setinggi gunung Uhud, maka aku akan belanjakannya untuk membaca maulid Nabi saww.

قَالَ جُنَيْدٌ الْبَغْدَادِي قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ: مَنْ حَضَرَ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَعَظَّمَ قَدْرَهُ فَقَدْ فَازَ بِالْإِيْمَانِ

Qoola junaidun al baghdaadiy qaddasallahu sirrohu: Man hadhoro maulidan nabiyyi shallallaahu ‘alaihi wasallama wa ‘azhzhoma qodrohu faqod faaza bil iimaani.

Asy Syaikh Junaid Al Baghdadiy semoga Allah mensucikan rahsianya berkata: Barangsiapa yang menghadiri maulid Nabi saww. dan membesarkan kedudukannya, maka sesungguhnya ia telah mencapai kejayaan iman.

قَالَ مَعْرُوْفُ الْكَرْخِيُّ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ: مَنْ هَيَّأَ طَعَامَا لِأَجْلِ قِرَاءَةِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ جَمَعَ اِخْوَانًا وَ أَوْقَدَ سِرَاجًا وَ لَبِسَ جَدِيْدًا وَ تَبَخَّرَ وَ تَعَطَّرَ وَ تَعْظِيْمًا لْمَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ حَشَرَهُ الله تَعَالَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ الْفِرْقَةِ الْأُوْلَى مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَ كَانَ فِى أَعْلَى عِلِّيِّيْنَ

Qoola Ma’ruufu Al Karkhiyyu qaddasallahu sirrohu: Man hayya-a tho’aaman liajli qirooati maulidin nabiyyi shallallaahu ‘alaihi wasallama wa jama’a ihwaanan wa au qoda siroojan wa labisa jadiidan wa tabakhoro wa ta’aththoro wa ta’zhiimal maulidin nabiyyi shallallaahu ‘alaihi wasallama hasyarahullahu ta’aalaa yaumal qiyaamati ma’al firqotil uulaa minan nabiyyiina wa kaana fi a’laa ‘alliyyiina.

Asy Syaikh Ma’ruf Al Karkhi berkata: Barangsiapa yang menyediakan makanan untuk majelis pembacaan maulid Nabi saww., mengumpulkan saudaranya, menyalakan lampu, memakai pakaian yang baru, memasang bau yang wangi dan memakai wangi-wangian karena membesarkan kelahiran Nabi saww. niscaya Allah akan mengumpulkannya pada hari kiamat bersama kumpulan yang pertama dikalangan Nabi-nabi dan adalah dia berada di surga yang teratas (Illiyyin).

قَالَ وَحِيْدُ عَصْرِهِ وَفَرِيْدُ دَهْرِهِ الْإِمَامُ فَخْرُ الدِّيْنِ الرَّازِيُّ: مَا مَنْ شَخْصٍ قَرَأَ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَلَى مِلْحٍ أَوْ بُرٍّ أَوْ شَيِئٍ أَخَرَ مِنَ الْمَأْكُوْلَاتِ اِلَّا ظَهَرَتْ فِيْهِ الْبَرَكَةُ وَ فِى كُلِّ شَيْئٍ وَصَلَ اِلَيْهِ مِنْ ذَلِكَ الْمَأْكُوْلِ فَاِنَّهُ يُضْطَرِبُ وَ لَا يَسْتَقِرُ حَتَّى يَغْفِرَ الله لأَكِلِهِ وَاِنْ قُرِئَ مَوْلِدُ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَلَى مَاءٍ فَمَنْ شَرِبَ مِنْ ذَلِكَ الْمَاءِ دَخَلَ قَلْبَهُ أَلْفَ نُوْرٍ وَ رَحْمَةٍ وَ خَرَجَ مِنْهُ أَلْفَ غِلٍّ وَ عِلَّةٍ وَ لَا يَمُوْتُ ذَلِكَ الْقَلْبُ يَوْمَ تَمُوْتُ الْقُلُوْبُ . وَ مَنْ قَرَأَ مَوْلٍدَ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَلَى دَرَاهِمَ مَسْكُوْكُةٍ فِضَّةٍ كَانَتْ أَوْ ذَهَبًا وَ خَلَطَ تِلْكَ الدَّرَاهِمَ بِغَيْرِهَا وَ قَعَتْ فِيْهَا الْبَرَكَةُ وَ لَا يَفْتَقِرُ صَاحِبُهَا وَ لَا تَفْرُغُ يَدُهُ بِبَرَكَةِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ

Qoola wahiidu 'ashrihi wa fariidu dahrihil imaamu fakhrud diini ar raaziyyu: maa man syakhshin qoro-a maulidan nabiyyi shallallaahu 'alaihi wasallama 'alaa milhin au burrin au syai-in aakhoro minal ma'kuulaati illa zhoharot fiihil barokatu wa fii kulli syai-in wa shola ilaihi min dzalikal ma'kuuli, fainnahu yudhthoribu wa laa yastaqirru hatta yaghfirullaha liakilihi, wa in quri-a maulidin nabiyyi shallallaahu 'alaihi wasallama 'alaa maaa-in faman syariba min dzalikal maa-i, dakhola qolbuhu alfa nuurin warohmatin, wa khoroja minhu aalfa ghillin wa 'illatin wa laa yamuutu dzalikal qolbu yauma tamuutul quluuba, wa man qoro-a maulidan nabiyyi shallallaahu 'alaihi wasallama 'alaa daroohima maskuukatin fidhdhotin kaanat au dzahaban wa kholatho tilkad daroohima bighoirihaa wa qo'at fiihal barokatu wa laa yaftaqiru shoohibuha wa laa tafrughu yaduhu bibarokatin nabiyyi shallallaahu 'alaihi wasallama.

Telah berkata seorang yang unggul pada jamannya, Imam Fakhruddin Ar Razi: “Tidaklah seseorang yang membaca maulid Nabi saww. keatas garam atau gandum atau makanan yang lain melainkan akan zahirnya keberkatan padanya, dan setiap sesuatu yang sampai padanya (dimasuki) dari makanan tersebut, maka makanan tersebut akan bergoncang dan tidak akan tetap sehinggalah Allah mengampunkan orang yang memakannya”.

“Sekiranya dibacakan maulid Nabi saww, ke atas air, maka orang yang meminum seteguk air tersebut akan masuk kedalam hatinya seribu cahaya dan rahmat, akan keluar dari padanya seribu sifat dengki, penyakit, dan tidak mati hati tersebut pada hari dimatikan hati-hati”.

“Barangsiapa membaca maulid Nabi saww. pada suatu dirham yang ditempa dengan perak atau emas dan dicampurkan dirham tersebut dengan yang lain, maka akan jatuh keatas dirham tersebut keberkatan, pemiliknya tidak akan faqir dan tidak akan kosong tangannya dengan keberkatan Nabi saww”.

قَالَ الْإِمَامُ الشَّافِعِيِّ رَحِمَهُ الله: مَنْ جَمَعَ لْمَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِخْوَانًا وَهَيَّأَ طَعَامًا وَأَخْلَى مَكَانًا وَعَمَلَ إِحْسَانًا وَصَارَ سَبَبًا لِقِرَاءَتِهِ بَعَثَهُ الله يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ الصِّادِقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَيَكُوْنُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيْمِ

Qoolal imaamusy syafi'iyyu rohimahullah: Man jama'al maulidin nabiyyi shallallaahu 'alaihi wasallama ihwaanan wa hayya-a tho'aaman wa akhlaa makaanan wa amala ihsaanan wa shoro sababan liqiroo-atihi ba'atsahullaah yaumal qiyamaati ma'ash shiddiiqiina wasy syuhadaa-i wash shoolihiina wa yakuunu fii jannatin na'iimi.

Imam Syafi’I rohimahullah berkata: Barangsiapa yang menghimpun saudaranya (sesama Islam) untuk mengadakan majelis maulid Nabi saww., menyediakan makanan dan tempat serta melakukan kebaikan, dan dia menjadi sebab dibaca maulid Nabi saww. itu, maka dia akan dibangkitkan oleh Allah pada hari kiamat bersama ahli siddiqin (orang-orang yang benar), syuhada’ dan solihin serta berada di dalam surga Na’im.

قَالَ السَّرِيُّ السَّقَطِيُّ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ: مَنْ قَصَدَ مَوْضِعًا يَقْرَأُ فِيْهِ مَوْلِدُ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَدْ قَصَدَ رَوْضَةً مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ لِأَنَّهُ مَا قَصَدَ ذَلِكَ الْمَوْضِعَ اِلَّا لِمَحَبَّةِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ .وَقَدْ قَالَ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: مَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِى الْجَنَّةِ

Qoolas sariyyus saqothiyyu qaddasallahu sirrahu: Man qoshoda maudhi’an yaqro-u fiihi maulidun nabiyyi shallallaahu ‘alaihi wasalla faqod qoshoda roudhotan min riyaadhil jannati li annahu maa qoshoda dzalikal maudhi’a illa limahabbatin nabiyyi shallallaahu ‘alaihi wasallama wa qod qoola shallallaahu ‘alaihi wasallama: man ahabbaniy kaana ma’iy fil jannati.

Asy Syaikh As Sarriy As Saqothi berkata: Siapa yang pergi kesuatu tempat yang di bacakan didalamnya maulid Nabi saww., maka sesungguhnya ia telah pergi kesuatu taman dari taman-taman surga, karena tidaklah ia menuju ketempat-tempat tersbut melainkan lantaran karena kasihnya kepada Nabi saww.. Sesungguhnya Rasulullah saww. telah bersabda: Barangsiapa yang mengasihiku, maka ia bersamaku di dalam surga.

قَالَ سُلْطَانُ الْعَارِفِيْنَ الْإِمَامُ جَلَالُ الدِّيْنَ السُّيُوْطِيُّ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ وَنَوَّرَ ضَرِيْحَهُ فِي كِتَابِهِ الْمُسَمَّى بِالْوَسَائِلِ فِي شَرْحِ الشَّمَائِلِ: مَامِنْ بَيْتٍ أَوْ مَسْجِدٍ أَوْ مَحَلَّةٍ قُرِئَ فِيْهِ مَوْلِدُ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِلَّا حَفَّتِ الْمَلَائِكَةُ ذَلِكَ الْبَيْتَ أَوِ الْمَسْجِدَ أَوِ الْمَحَلَّةَ وَصَلَّتِ الْمَلَائِكَةُ عَلَى أَهْلِ ذَلِكَ الْمَكَانِ وَعَمَّهُمُ اللهُ تَعَالَى بِالرَّحْمَةِ وَالرِّضْوَانِ. وَأَمَّا الْمُطَوَّفُوْنَ بِالنُّوْرِ يَعْنِى جِبْرَيْلَ وَ مِيْكَائِيْلَ وَ اِسْرَافِيْلَ وَ عِزْرَائِيْلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فَاِنَّهُمْ يُصَلُّوْنَ عَلَى مَنْ كَانَ سَبَبًا لِقِرَاءَةِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ. وَ قَالَ أَيْضًا: مَا مِنْ مُسْلِمٍ قَرَأَ فِى بَيْتِهِ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ اِلَّا رَفَعَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى الْقَحْطَ وَالْوَبَاءَ وَالْحَرْقَ وَالْغَرَقَ وَالْأَفَاتِ وَالْبَلِيَّاتِ وَالْبُغْضَ وَالْحَسَدَ وَعَيْنَ السُّوْءِ وَاللُّصُوْصَ مِنْ أَهْلِ ذَلِكَ الْبَيْتِ فَاِذَا مَاتَ هَوَّنَ اللهُ عَلَيْهِ جَوَابَ مُنْكَرٍ وَنَكِيْرٍ وَيَكُوْنُ فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيْكٍ مُقْتَدِرٍ

Qoola sulthoonul 'aarifiinal imaamu jalaalud diinas suyuuthiyyu qaddasallaahu sirsahu wanawwro dhoriihahu fii kitaabihil musammaa bil wasa-ili fii syarhisy syama-ili: maa min baitin au masjidin au mahaallatin quri-a fiihi maulidun nabiyyi shallallaahu 'alaaihi wasallamaa illa haffatil malaa-ikatu dzalikal baita awil masjida awil mahallata wa shollatil malaa-ikatu 'alaa ahli dzalikal makaani wa 'ammahumullahu ta'aalaa bir rohmati war ridhwaani, wa ammal muthawwqfuuna bin nuuri ya'nii jibroo-iila wa miikaa-iila wa isroofiila wa 'izroo-iila 'alaihis salaamu fainnahum yusholluuna 'alaa man kaana sababan liqiroo-ati maulidin nabiyyi shallallaahu 'alaihi wasallamaa.
wa qoola aidhon: maa min muslimin qoro-a fii baitihi maulidan nabiyyi shallallaahu 'alaihi wasallamaa illa rofa'allaahu subhaaanahu ta'aalaa al qohyho wal wabaa-a wal harqo wal ghoroqo wal aafaati wal baliyyati wal bughdho wal hasada wa 'ainas suu-a wal lushuusha min ahli dzalikal baiti, faidza maata hawwanallahu 'alaihi jawaaba munkarin wa nakiirin wa yakuunu fii maq'adi shidqin 'inda maliikin muqtadirin.

Telah berkata Sultan Ahli Arifin Imam Jalaluddin As Suyuthi semoga Allah menyucikan rahsianya dan menerangkan maqamnya, di dalam kitabnya yang dinamakan dengan Al Wasail fi Syarh Al Syamail: “Tidak ada suatu rumah atau masjid atau tempat yang dibacakan di dalamnya maulid Nabi saww. melainkan akan dikelilingi oleh malaikat rumah atau masjid tersebut, para malaikat akan merahmati ke atas penghuni tempat-tempat tersebut dan Allah melimpahkan rahmat dan keredhaan-Nya, Manakala malaikat yang dikelilingi dengan cahaya iaitu Jibrail, Mikail, Israfil dan Izrail, mereka semua mengucapkan sholawat ke atas orang yang menjadi sebab diadakan majlis bacaan maulid Nabi saww.

Beliau juga berkata: Tidaklah seorang Muslim yang membaca maulid Nabi saww. di dalam rumahnya melainkan Allah Ta’ala akan mengangkat ke marau, wabak penyakit, kebakaran, banjir, kerusakan, bala, kebencian, hasad, pandangan yang jahat (sihir), kecurian dari penghuni rumah tersebut, Apabila ia mati, maka Allah mempermudahkan ke atasnya menjawab soalan Munkar dan Nakir dan dia ditempatkan di tempat yang sungguh bahagia, di sisi Tuhan Yang Menguasai segala-galanya, lagi Yang Berkuasa melakukan sekehendakNya.

وَمِنْ اَحْسَنَ مَا ابْتُدِعَ فِي زَمَنِنَا مَا يُفْعَلُ كُلُّ عَامٍ فِي الْيَوْمِ الْمُوَافِقِ لِيَوْمِ مَوْلِدِهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مِنَ الصَّدَقَاتِ وَالْمَعْرُوْفِ وَإِظْهَارِ الزِّيْنَةِ وَالسُّرُوْرِ فَإِنَّ ذَلِكَ مَعَ مَا فِيْهِ مِنَ الْإِحْسَانِ لِلْفُقَرَاءِ مُشْعِرٌ بَمَحَبَّةِ التَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَتَعْظِيْمِهِ فِي قَلْبِ فَاعِلِ ذَلِكَ وَشُكْرِ اللهِ تَعَلَى مَا مَنَّ بِهِ مِنْ إِيْجَادِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ الَّذِى أَرْسَلَهُ رَحْمَةَ لِلْعَالَمِيْنَ

wa min ahsana maabtudi'a fii zamaninaa maa yuf'alu kullu 'aamin fil yaumil muwaafiqi liyaumi maulidihi shallallahu 'alaihi wasallamaa minash shodaqooti wal ma'ruufi, wa izhhaariz ziinati was suruuri, fainna dzalika ma'a maa fiihi minal ihsaani lilfuqoroo-i musy'irun bimahabbatin nabiyyi shallallaahu 'alaihi wasallamaa wa ta'zhiimihi fii qolbi faa'ili dzalika, wa syukrillaahi ta'aalaa 'alaa maa manna bihi min iijaadi rosuulillaahi shallallaahu 'alaihi wasallamaa alladzii arsalahu rohmata lil'aalamiina.

Imam Abu Syamah, guru Imam Nawawi mengatakan: Di antara perkara baik yang dilakukan pada zaman kami yang dilakukan pada setiap tahun pada hari yang bersamaan dengan hari maulid Nabi saww. dari perbuatan memberikan sedekah, melakukan kebajikan dan melahirkan kegembiraan dan kesenangan, Maka sesungguhnya yang demikian selain dapat melakukan kebaikan kepada fakir miskin di dalam majlis tersebut ia juga diisi dengan rasa kasih terhadap Nabi saww. membesarkannya dan bersyukur kepada Allah di atas kurniaanNya yang telah mengutuskan seorang Rasul yang diutuskan sebagai rahmat bagi sekalian alam.

فَمَنْ أَرَادَ تَعْظِيْمَ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَكْفِيْهِ هَذَا الْقَدْرُ . وَمَنْ لَمْ يَكُنْ عِنْدَهُ تَعْظِيْمُ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ لَوْ مَلأْتَ لَهُ الدُّنْيَا فِي مَدْحِهِ لَمْ يُحَرَّكْ قَلْبُهُ فِي الْمَحَبَّةِ لَهُ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ. جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَاكُمْ مِمَّنْ يَعْظِّمُهُ وَيَعْرِفُ قدْرَهُ وَمِنْ أَخَصِّ خَاصِّ مُحِبِّيْهِ وَأَتْبَاعِهش آمِيْنَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلَى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُدٍَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

Faman aroda ta'zhiima maulidin nabiyyi shallallaahu 'alaihi wasallamaa yakfihi hadzaal qodru, wa man lam yakun 'indahu ta'zhiimu maulidin nabiyyi shallallaahu 'alaihi wasallamaa lau ma'ta lahud dunyaa fii madhihi lam yuharrok qolbuhu fil mahabbati lahu shallallaahu 'alaihi wasallamaa, ja'alanaallahu wa iyyaakum mimman yu'azhzhimuhu wa ya'rifu qodrohu wa min akhashshi khaashshi muhibbiihi wa atbaa'ihi aamiina yaa robbal 'aalamiina, washallahu 'alaa sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aalihi washohbihi ajma'iina ilaa yaumid diin.

Telah berkata Imam Syihabuddin Ahmad Ibnu Hajar Al-Haitami Asy-Syafi'i dalam kitabnya bernama: Ni’matul Kubra 'Alal 'Alam Fi Maulidi Saidi Waladi Adam, dalam Bab: Faslun Fii Bayan Fadli Maulid Nabi saww.: Sesiapa yang hendak membesarkan maulid Nabi saww. maka cukuplah disebutkan sekadar ini sahaja (dalil diatas) akan kelebihannya. Bagi sesiapa yang tiada di hatinya hasrat untuk membesarkan maulid Nabi saww. sekiranya dipenuhi dunia ini dengan pujian ke atasnya, tetap juga hatinya tidak akan tergerak untuk mengasihi Nabi saww., Semoga Allah menjadikan kami dan kalian di kalangan orang yang membesarkan dan memuliakannya dan mengetahui kadar kedudukan Baginda saww., serta menjadi orang yang teristimewa di kalangan orang-orang yang teristimewa di dalam mengasihi dan mengikutinya. Aamiin, Wahai Tuhan sekalian alam. Semoga Allah melimpahkan rahmat ke atas penghulu kami Nabi Muhammad saww., keluarganya dan sahabat-sahabatnya sekalian hingga Hari Kemudian.
Dikutip dari:

* Al Qur’an.
* Hadis 9 Imam (Kutubu Tis’ah)
* Ni’matul Kubra 'Alal 'Alam Fi Maulidi Saidi Waladi Adam --> Imam Syihabuddin Ahmad Ibnu Hajar Al-Haitami Asy-Syafi'i.