Kamis, 09 Oktober 2014
KISAH TAWWASSUL ARAB BADUI
Banyak sekali kisah tawasul yang dilakukan para sahabat kepada Rasulullah SAW.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللّهِ وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَّلَمُواْ أَنفُسَهُمْ جَآؤُوكَ فَاسْتَغْفَرُواْ اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُواْ اللّهَ تَوَّاباً رَّحِيماً
“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Qs. An-Nisa`: 64)
Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini yakni bahwa Allah memerintahkan orang yang berbuat maksiat dan berdosa untuk datang kepada Rasulullah SAW., memohon ampunan Allaw didepannya dan meminta Rasulullah untuk mengampuni dosa mereka. Jika mereka melakukanya, Allah akan menerima tobat mereka, memberi rahmat kepada mereka dan mengampuni kesalahan mereka sebab Allah berfirman "tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Tauabt lagi Maha Penyayang".
Abu Manshur Al Sabbagh dalam karyanya Al-Syamil mengutip hadits terkenal yang diriwayatkan Al-Utbi mengenai kisah seorang arab badui sebagai berikut:
“Suatu saat, aku pernah duduk di samping makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian datanglah seorang a’rabi (Arab badui) dan berkata, ‘Salam sejahtera atasmu, wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku mendengar Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yaitu, pada surat An-Nisa`: 64).”
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللّهِ وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَّلَمُواْ أَنفُسَهُمْ جَآؤُوكَ فَاسْتَغْفَرُواْ اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُواْ اللّهَ تَوَّاباً رَّحِيماً
“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Qs. An-Nisa`: 64)
Dan inilah Aku datang kepadamu memohon ampun karena dosaku dan memohon pertolonganmu kepada Rabb-ku.” Kemudian dia mengucapkan syair,
SRIGALA TANPA NYALI
Abu al-hasan asy-syazili pernah mengalami saat-saat penuh ketakutan akan binatang buas. Ini terjadi saat ia berada dalam petualanganya. Asy-Syadzili sebagaimana yang dilakukan para sufi lainnya, memang sering berpetualang ke segala penjuru bumi Allah yang demikian luas.
Suatu ketika Asy-Syadzili terpaksa di suatu tempat yang banyak binatang buas. pada malam hari terdengar suara2 binatang buas tersebut satu persatu dan terlihat sorot mata mereka...dia tau bahwa binatang tersebut berniat untuk memakannya. Dia merasa takut akan menjadi santapan taring2 tajam mereka.
Saat itulah dia membaca shalawat untuk Nabi SAW...ia lakukan karena ia ingat satu hadis..Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa yang bershalawat untukku sekali, maka ALlah swt akan bershalawat kepadanya sepuluh kali" (HR muslim)
BAGAIKAN PAHALA SERATUS ORANG MATI SYAHID
Di zaman sekarang ini, saat terjadi kerusakan pada ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan ketika itu ada yang masih berpegang teguh pada sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, maka akan didapatkan baginya pahala 100 orang mati syahid, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :
“Barangsiapa yang berpegang pada sunnahku ketika kerusakan ummatku, maka baginya pahala 100 orang yang mati syahid”
Di setiap waktu dalam hari-hari di kehidupan dunia ini kita selalu ditunggu oleh kemuliaan pahala 100 orang mati syahid, apakah hal itu akan kita lewatkan begitu saja bahkan kita tukar dengan dosa dan kehinaan . Sungguh pahala yang agung ini jauh lebih utama dari sekedar chatting, bermain dengan handphone, atau browsing di internet dengan membuka situs-situs porno yang akan membutakan mata kelak di hari kiamat, dan tidak akan memandang Allah subhanahu wata’ala dan RasulNya shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
DERAJAT SAYYIDINAABU BAKAR ASH SHIDDIQ RA
Suatu hari Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu mengatakan di atas mimbarnya, “Hai sekalian manusia, malulah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar malu. Demi Allah, sesungguhnya aku bila pergi ke tampat buang air untuk membuang hajat, aku selalu menutupi wajahku dengan pakaianku, karena malu kepada Rabb-ku.”
Hal ini merupakan tingkatan paling besar yang telah dicapai oleh Abu Bakar, yaitu tingkatan tertinggi yang membuat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda menanggapinya:
“Seandainya iman umat ini ditimbang dengan iman Abu Bakar tentulah iman Abu Bakar lebih berat timbangannya dari pada iman mereka.” (HR. Ahmad dan Ibnu Abu Syaibah)
Langganan:
Postingan (Atom)