Maha Suci Allah yang memuliakan ruh dan jiwa untuk mencapai keabadian dengan jalan keridhaan, dengan kesucian jiwa yang menyejukkan hari-hari dan malam (*malam) nya, sehingga jadilah usia dan hari-harinya seindah-indah usia, jadilah harinya semulia-mulia hari, ketika mereka melewatinya dalam cahaya keridhaan Illahi, ketika mereka melewatinya dengan mengagungkan Allah. Tidak ada hari yang lebih agung dari terbit dan terbenamnya matahari dalam usia kita terkecuali disaat hari-hari kita mengagungkan Allah. Tiada pula lintasan pemikiran yang lebih mulia selain lintasan pemikiran yang memuliakan Allah, yang merindukan Allah, yang meminta keridhaan Allah, yang menyesal atas dosa-dosanya kepada Allah, inilah hamba yang paling mulia hidup di atas permukaan bumi yang milikNya, inilah nafas-nafas termulia yang kita lewati dalam kehidupan. Dan demikianlah hamba-hamba Allah melewati hari-hari yang sementara sampai datang waktunya mereka tidak lagi melihat terbitnya matahari, tidak pula melihat siang dan malam, tidak pula melihat wajah, tidak pula melihat warna, bentuk dan sifat, mereka telah berpindah ke alam barzakh. Akan tetapi penguasa di alam barzakh adalah tetap Allah. Beruntunglah mereka yang dimuka bumi selalu ingin bersama Allah maka barzakh nya bersama Allah, dan ia akan terus dalam kebersamaan di dalam keridhaan Ilahi, Dalam cahaya keindahan Allah hari-harinya berlalu, dosa-dosanya tergulung dalam pengampunan Allah, Adakah yang lebih indah dari hamba yang seperti ini..?, dosa-dosanya ditelan oleh gelombang pengampunan Illahi karena ia membangkitkan gelombang pengampunan Allah dengan istighfar, dengan penyesalan atas dosa-dosanya, dengan jiwa yang menyesal dan merasa bersalah kepada Allah. Yang Maha berhutang seluruh hamba kepadaNya, sehingga dinamakan Malikuddayyaan (yaitu) Raja yang berhutang kepada Nya seluruh hambaNya, berhutang penglihatan, pendengaran, panca indera dan seluruh nafas yang diberikan olehNya, hutang yang tiada pernah terbayar . Demikian hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah, dan semulia-mulia orang yang berhutang adalah kepada Allah Yang Maha Memaafkan. Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah, cahaya kemuliaan hidayah yang tebit dengan kebangkitan Sayyidina Muhammad saw, Tidak terbenam dengan wafatnya Sang Nabi saw, tapi cahaya itu terus terbit dan akan abadi menuntun kemuliaan kepada keridhaan Allah, diteruskan dari zaman ke zaman oleh mereka yang membawa wasiat dan amanat dari Sang Nabi saw karena mereka mendengar perintah dan instruksi dari Sayyidina Muhammad saw “Ballighuu..’anniiy walaw aayah..”, “sampaikan dariku walaupun satu ayat”. Sehingga semua mereka menyampaikan dari apa yang mereka dengar tentang agama ini, mereka telah berpadu dengan sambungan perintah Nabi Muhammad saw. “Ballighuu..’anniiy”. sampaikanlah dariku, maksudnya apa?, Wakililah aku untuk menyampaikan (*ajaranku) walaupun satu ayat. Demikian dahsyatnya Sang Nabi meminta kepada ummatnya untuk membantu beliau dalam menyampaikan risalah. “Ballighuu ‘anniiy………”, sampaikanlah dariku walaupun satu ayat. Demikian hadirin-hadirat hal yang diharapkan oleh Sang Nabi, hal yang diminta oleh Sang Nabi dan inilah bentuk dari bakti ummat kepada Sang Nabi dan semulia-mulia bakti makhluk kepada makhluk lainnya adalah bakti seorang hamba kepada Nabinya, dan seagung-agung bakti kepada Allah adalah mereka-mereka yang turut menegakkan kemuliaan Allah. “Ballighuu ‘anniiy………” sampaikanlah dariku walaupun satu ayat, mereka yang mendengar ini maka mereka telah diwakilkan oleh Sang Nabi untuk menyampaikan risalah, menyampaikan hadits, menyampaikan ayat, menyampaikan apa dari bimbingan-bimbingan Sang Nabi. Hadirin-hadirat demikian hebatnya seluruh ummat Nabi Muhammad saw yang telah mendapatkan mandat langsung perwakilan dari Rasulullah saw untuk menyampaikan apa yang dia dengar. Jangan sampai kita tertipu sehingga kita berfikir aku belum pantas menyampaikan dan menasehati orang lain. La’ Wallah, (*Demi Allah tidak!), nasehat bukan harus di atas mimbar, walaupun hanya dengan sms, walaupun hanya dengan senyum, walaupun hanya dengan perbuatan mulia, itulah nasehat dan itulah tanda engkau telah mengambil perwakilan dari Sang Nabi. Demikian semakin banyak ia menyampaikan apa-apa yang ia ketahui maka semakin eratlah hubungan nya dengan Imamnya saw. Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah, demikian dahsyatnya Allah mengikat ummat ini kepada Nabinya, walaupun Nabi kita saw telah wafat akan tetapi berkesinambungan rahasia kemuliaannya diteruskan oleh seluruh ummatnya dari zaman ke zaman sehingga seluruh ummat Sang Nabi turut mengambil tanggung jawab sebagai pendukung Muhammad Rasulullah saw. Akan tetapi hadirin-hadirat walaupun Rasul saw telah wafat tetapi kewibawaan dan kemuliaan ruh beliau saw tidak sirna dan (*tidak) dihapus bahkan oleh para Sahabat ra. Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari ketika dua orang yang berteriak-teriak di Masjid Nabawi, di masjid Rasul saw di Madinatul Munawwarah jauh setelah Rasul saw wafat di masa Khalifah Umar bin Khattab ra maka berkata : “kalian berdua darimana?” , dua orang ini berkata “dari Thaif…”, tempat jauh dari Madinah, maka berkata Sayyidina Umar ra “kalau kalian orang sini akan kuberi hukuman kepada kalian karena berani mengangkat suara di Masjid Rasulullah saw". Demikian hadirin-hadirat padahal larangan ini hanya muncul disaat Sang Nabi masih hidup, sebagaimana firman Allah "Yaa ayyuhalladzina amanu…". “Wahai orang-orang yang beriman jangan kau angkat (*atau) keraskan suara kalian dihadapan Sang Nabi sebagaimana kalian saling mengeraskan suara satu sama lain, (*karena bila kalian mengangkat suara dihadapan Sang Nabi) maka akan jatuhlah amal pahala kalian tanpa kalian sadari” (QS Alhujurat). Ini adalah dihadapan Sang Nabi, maka pd riwayat Shahih Bukhari Sayyidina Umar masih melarang orang yang mengangkat suara di Masjidil Rasul sehingga beliau berkata "tarfa'an ashwaatakuma……." Kalian mengeraskan suara di Masjid Rasulullah padahal masjid itu tinggal batunya. Kalau sebagian orang mengatakan Nabi telah wafat sudah tidak lagi mendengar dan melihat, akan tetapi para sahabat masih menjaga adab di Masjidil Nabawi seakan-akan Rasulullah saw selalu bersama mereka di Masjidil Nabawi. Demikian adab para sahabat kepada Rasulullah saw tidak sirna dengan wafatnya Sang Nabi bahkan setelah Rasul saw wafat pun mereka tetap menjaga adab dan akhlak kepada Nabi mereka. Demikian hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah. Rasul saw telah menjelaskan pula kepada kita, penjelasan ini juga sebagai ulasan bagi kita, peringatan bagi kita untuk berhati-hati.Seraya bersabda diriwayatkan pd Shahih Bukhari "Latattabi’uuna….." kelak ummatku ini akan mengikuti orang-orang dari adat istiadat kaum lain dari yg sebelum mereka, sejengkal demi sejengkal lalu sehasta demi sehasta mereka mengikuti adat istiadat dari orang sebelum mereka sampai jika seandainya mereka (orang sblm mereka) masuk kedalam lobang biawak pun akan diikuti adat istiadatnya. Maka berkata para sahabat "al yahud wannashara?" Apakah yang dimaksud dengan orang Yahudi dan Nasrani ya Rasulullah?" Rasul berkata "lalu siapa kalau bukan mereka?". Maksudnya apa hadirin-hadirat?, Hal-hal yang muncul dari adat istiadat dari orang-orang yang muncul sebelum Sang Nabi, selayaknya kita meninggalkannya semampunya, akan tetapi hal-hal yang bermanfaat jangan sampai kita tertipu lantas langsung saja menghilangkan semua apa-apa yang bermanfaat, La' Wallah. Karena juga diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari bahwa Rasul saw ketika mendengar orang-orang Yahudi berpuasa tanggal 10 Muharram maka Rasul saw memerintahkan orang muslimin untuk ikut berpuasa. Bukankah ini mengikuti adat istiadat orang Yahudi?, akan tetapi membawa manfaat sehingga Rasul saw berkata " Kami lebih berhak memuliakan Nabi Musa as dari kalian. Karena orang Yahudi puasa tanggal 10 Muharram karena hari itu hari selamatnya Nabi Musa as dari kejaran Fir'aun. Nabi saw mengikuti dan memerintahkan para sahabat untuk mengikutinya, menunjukkan hal-hal yang baik dan bermanfaat justru diperintah oleh Rasulullah saw untuk mengikutinya. Demikian hadirin-hadirat jangan sampai kita terjebak dengan pemahaman hal seperti ini menjadi besar dan menjadi kacau balau di dalam pemahaman muslimin. Semua yang datang dari Yahudi dan Nasrani tidak boleh diikuti, namun yang bermanfaat boleh diikuti. Lampu inipun daripada adat istiadat Yahudi dan Nasrani, selama membawa manfaat boleh diikuti tapi selama hal yang mungkar dan bertentangan dengan syariatul mutaharah selayaknya dihiindari. Demikian hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah. Rasul saw telah membimbing kita kepada sedemikian sempurnanya bimbingan sehingga bimbingan beliau berkesinambungan hingga akhir zaman. Sebagaimana dijelaskan dan ditemukan oleh para ilmuwan kita, susah-susahnya para ilmuwan dan ilmu kedokteran untuk mencari obat untuk melancarkan aliran darah dari penyakit pengentalan darah, dari penyakit stroke dan lain sebagainya berpuluh ratus juta dikeluarkan untuk mengobatinya, ternyata mereka menemukan obatnya adalah melakukan rukuk dan sujud. Mereka yang melakukan rukuk sehingga sejajarlah otaknya dengan dada jantungnya dan aliran darah yang demikian memperkuat dan memperlancar aliran darah. Demikian pula posisi sujud ketika jantung berada diatas kepalanya sehingga lebih tinggi daripada kepalanya disaat itulah kelancaran aliran darah lebih terpacu dan tujuh anggota tubuh sujud yang bersentuhan dengan bumi berpadu dengan gravitasi bumi dan memperlancar darah. Demikian dahsyatnya syariatul Musthafa Muhammad saw menjawab segala macam penyakit, tersimpan didalam shalat. Demikian hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah, demikian dahsyatnya sunnah Nabawiyah dan tuntunan Sang Nabi dan tidaklah kita mampu menguak semua hikmah Illahiyah dalam syariatul mutaharah tapi sebagian yang terbuka ini membuat hal-hal yang mengagetkan kita ternyata gerakan shalat bukan hanya sekedar gerakan ubudiyah tapi itulah gerakan yang paling efektif bagi seluruh keturunan Adam as. Semakin banyak ia melakukan shalat fardhu ditambah sunnahnya semakin sehat wal'afiat hidupnya. Demikian dahsyatnya Allah Yang Maha memahami segala kejadian, Yang Maha menciptakan manusia dari ketiadaan dan Dialah Yang Maha mengetahui atas apa yang dibutuhkan oleh manusia. Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah, beruntunglah orang-orang yang memahami hakekat kehidupannya adalah menuju Allah, dalam keridhaan atau dalam kemurkaan, dalam dosa atau dalam pahala tetap akhirnya adalah kepada Allah. Kayakah, miskinkah, susahkah, mudahkah, besarkah atau kecil, wanita atau pria puncak akhirnya adalah berhadapan dengan Rabbul a’lamin “yaumayaquumunnaas……” hari dimana manusia berdiri dihadapan Rabbul a'lamin (QS Al Infithar). Saat itu pasti datang kepada setiap hamba yang hidup diatas permukaan bumi, sehingga mereka yang terlambat mendapatkan hidayah seraya berkata "yaa laitani kuntu….." alangkah indahnya kalau seandainya aku ini menjadi tanah (QS Annaba’) bukan lagi menjadi manusia yang harus bertanggung jawab dan menghadap Rabbul a'lamain. Tapi beruntunglah mereka yang merindukan Allah, puncak jika mereka berhadapan dengan Allah adalah puncak kelezatan dari segala yang lezat, bertemunya yang dirindukan kepada yang merindukan. Beruntunglah jiwa yang merindukan Allah. Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah Rasul saw diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari menyampaikan kepada kita salah satu hikayat bahwa ada seorang bayi yang ketika sedang disusui ibunya tiba-tiba lewatlah seseorang yang ahli maksiat dan pendosa, ibu itu berkata "wahai Allah jadikan lah anakku sepertinya", bayi itu menjawab "wahai Allah jangan kau jadikan aku sepertinya", dan lewatlah seorang fuqara lantas ibu itu berkata "wahai Allah jangan jadikan anakku sepertinya" lantas anak itu menjawab "wahai Allah jadikan aku sepertinya". Maka Imam Bukhari alaihirahmatullah dalam Shahihnya menambahkan makna dari hadits ini bahwa yang didoakan oleh sang ibu pertama kali adalah orang yang wafat didalam kekufuran, dan yang bayi itu meminta jadikan aku sepertinya adalah orang yang ketika mendapat cobaan selalu mengucap Hasbiyallah, yang selalu berucap ketika mendapat cobaan mengucapkan "Hasbiyallah" cukuplah bagiku Allah. Demikian diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, hikayat ini singkat tapi Rasul saw menyampaikannya bukan sekedar cerita dongeng belaka tapi menuntun jiwa untuk memahami makna kehidupan dan makn keberuntungan yang hakiki dan makna kehinaan yang hakiki. Demikian hadirin-hadirat, Alhafidz Al Imam Ibn Hajar Asqalaniy didalam kitabnya Fathul Baari bisharah Shahih Bukhari memperjelas daripada hadits ini bahwa juga terdapat sebagaimana teriwayatkan bahwa pembantu yg menyisiri rambutnya putra-putri Fir'aun adalah seorang mukmin, Ketika jatuh sisirnya ia mengucapkan nama Allah. Maka ia pun diketahui mengikuti agamanya Musa as, ibu ini bersama bayinya di angkat keatas sebuah tempat yang tinggi dihadapkan ke sebuah bejana besar berisi minyak yang bergolak, Ibu ini ketakutan ragu karena tidak berani melompat melihat anaknya yang dalam pelukan, maka Allah berikan kekuatan dan kemampuan kepada anaknya untuk berucap "ishbiriiy yaa ummah…." Sabarlah wahai ibunda, kita dalam kebenaran, maka ibu itupun ketika disuruh memilih antara Allah tapi harus lompat di dalam minyak yang mendidih bersama bayinya atau hidup menyembah Fir'aun, ia melompatkan dirinya kedalam minyak tersebut, ia ragu terhadap anaknya dan pada anaknya Allah berikan kekuatan untuk memberi ketabahan kepada sang ibu. Hadirin-hadirat hikmah dari hikayat ini dari demikian besarnya bakti mereka kepada Allah, mereka tidak ingin jauh dari Allah, padahal kalau ibu itu barangkali ia berfikir baiknya aku menipu Fir'aun, biarkan saja seakan-akan menyembah Fir'aun berapa detik lagi aku kembali terus dalam hakekat aqidahku menyembah Allah. Ibu ini tidak ingin demikian karena ingin dekat dengan Allah, tidak ingin jauh dari Allah. Demikian dahsyatnya ia membela Allah, membela Tauhid, membela iman sehingga ia harus membayar kedekatannya kepada Allah dengan melompatkan diri ke minyak yang mendidih. Ia melakukannya demi keinginannya untuk dekat ke hadirat Allah Jalla Wa'ala. Demikian hadirin-hadirat bahkan diriwayatkan Sayyidatuna Asiah ra istri Fir'aun yang ketika ia diketahui menyembah agama Musa as ia ditangkap dan dicambuk, maka berkatalah istri Fir'aun Sayyidatuna Asiah ra semakin kau tambah cambukanmu semakin membuatku rindu kepada Allah. Demikian dahsyatnya kerinduannya kepada Rabbul a'lamin, dimana jiwaku dan jiwa kalian dari kerinduan kehadirat Allah Jalla wa'ala?, Hadirin-hadirat kita adalah kaum dhuafa yang terus mengemis kehadirat Allah agar terus diberi kekuatan, agar diberi kemampuan oleh Allah untuk mencapai derajat jiwa tertinggi yaitu merindukan Allah swt. Inilah derajat tertinggi setiap jiwa yang hidup diatas permukaan bumi, mereka adalah orang-orang yang merindukan Allah. Kita tidak mampu barangkali siang dan malam, maka barangkali satu-dua menit, barangkali satu-dua kejap terpanggil jiwa kita dalam sujud untuk kerinduaan Rabbul a'lamin. Dan juga kemuliaan itu akan bangkit ketika kita peduli kepada sesama, jangan biarkan orang sesama kita dalam kegelapan dan kesesatan, ajak mereka dengan kelembutan dan kasih sayang. Demikian hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah, saya juga tidak berpanjang lebar karena baru saja kembali dari Kuala Lumpur tadi jam 16.00 sore, dan perlu saya laporkan juga pada hadirin selama tujuh hari saya disana terus mengunjungi majelis ke majelis bangkitnya para pemuda untuk mencintai Nabi Muhammad saw. Berpadu mulai dari para ulama, para Habaib untuk membangkitkan ummat agar mengalihkan idola-idola muslimin daripada hal-hal yang hina disisi Allah kepada Nabi Muhammad saw. Akan tetapi muncul sedikit kendala di wilayah Perlis, karena wilayah ini memang terkenal tidak menyukai Sang Nabi dimuliakan, dan ditempat itu penghambatan yang sedemikian dahsyatnya. Ketika kami telah sampai diwilayah Kedah lantas semakin mendekat ke wilayah Perlis dari majelis ke majelis sampailah di wilayah Perlis mereka telah menghalangi kita untuk menyampaikan Mauidzah, sehingga muncul ancaman kalau sampai saya naik ke atas mimbar untuk menyampaikan ceramah akan ditangkap. Oleh sebab itu majelis di batalkan padahal majelis dihadiri hampir seribu orang, dan untuk wilayah Perlis seribu orang adalah hal yang sangat dahsyat sekali. Akan tetapi alhamdulillah habis hal seperti ini bukan malah memadamkan semangat dari masyarakat Perlis aswaja, mereka telah menjanjikan dua bulan yang akan datang akan mengadakan Tabligh Akbar yang lebih besar lagi dan akan mengurus segala sesuatunya agar lebih teratur sehingga tidak terjadi pelarangan atau ancaman untuk ceramah padahal yang saya sampaikan hanyalah tentang Mahabbatullah wa Rasul, tentunya dari saudara-saudara kita yang tidak menyukai maulid, tidak menyukai tabarrauk dan tahlil akan tetapi mereka juga saudara kita bukan untuk dimusuhi dan diperangi, tetapi untuk disadrkan kepada kemuliaan. Kita bermunajat kepada Allah swt agar Allah swt melimpahkan kebangkitan dan kemuliaan kepada muslimin-muslimat . Yaa Rahman Yaa Rahim bangkitkan semangat muslimin muslimat untuk mencapai kemuliaan akhlak Sang Nabi, untuk mendalami sosok Sang Nabi, untuk mempelajari profil Sang Nabi, sehingga mereka mencapai kesempurnaan hidup, sehingga mereka mencapai kebahagiaan dunia wal akhirat . Yaa Rahman Yaa Rahim telah kau terbitkan matahari kebangkitkan muslimin-muslimat diwilayah kami terbitkan pula diseluruh wilayah lainnya, di Malaysia, di Singapura dan di seluruh Barat dan Timur. Rabbi terbitkan kebangkitan muslimin-muslimat untuk meninggalkan kekerasan dan kembali kepada kelembutan, kepada akhlak Rasulullah, kepada keberkahan, kepada semangat Muhajirin dan Anshar. Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Rahman Yaa Rahim inilah nama yang paling agung yang kau ajarkan kepada kami, inilah nama Mu Rabbi… Rabbi.. maka tiadalah kami satu kali memanggil nama Mu terkecuali kau pastikan hujan hidayah kepada beribu orang-orang yang berbuat maksiat, kau pastikan hujan hidayah memanggil jiwa-jiwa para pezina, para pemabuk, para narkotika. Rabbi…Rabbi… undang mereka dalam hidayah, kami bermunajat Rabbi mewakili Sang Nabi yang beliau saw selalu mendoakan mereka. Rabbi kami bermunajat untuk hujan hidayah bagi saudara-saudari kami yang masih dalam kegelapan dosa, yang masih dalam kehinaan, dan juga kami mengadukan jiwa kami Rabbi… kerusakan jiwa yang selalu ingin lari dari apa yang Kau ridhai, kerusakan jiwa yang selalu menghindar dari apa yang Kau cintai. Rabbi kepada siapa kami mengadukan hal ini kalau bukan kepada nama Mu… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah nikmatilah ucapan memanggil nama Rabbul alamin, nikmatilah lafadz agung ini karena inilah seindah-indah yang kita ucapkan, inilah semulia-mulia yang kita ingat, inilah yang seagung-agung yang kita sebutkan, panggillah nama Nya dan benamkan seluruh hajatmu, dan semua kesulitan dan rintanganmu, tenggelamkan dalm samudera nama Nya… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Allahu Yaa Allah… Yaa Rahman Yaa Rahim terangi jiwa kami dengan nama Mu Yang Maha Luhur, terangi jiwa kami dengan seindah khusyu, terangi jiwa kami dengan kemuliaan nama Mu Rabbi, terangi hari-hari kami dengan kemudahan dan keberkahan, terangi kami dengan pengabulan setiap hajat dan tersingkirnya segala cobaan. Wahai yang seagung-agung disebut lidah, Wahai yang sesuci-suci bimbingan oleh jiwa, Wahai yang dengan mengingatnya sucilah jiwa pada puncak-puncak keluhuran Yaa Rahman Yaa Rahim… Washallallahu ala Sayyidina Muhammadin wa'ala alihi washahbihi wasallim… Walhamdulillahirabbil a'lamin Ditulis Oleh: Munzir Almusawa Sumber : (http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_content&task=view&id=121&Itemid=30) |