Mencintai Madinah
Senin, 14 Maret 2011
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ
(صحيح البخاري)
“Wahai Allah, jadikan kami mencintai Madinah, seperti kami
mencintai Makkah atau lebih dari mencintai Makkahi.” ( Shahih Al Bukhari
)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ
اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ
اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا
لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا
الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي
الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ
بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ
وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur,
Yang Maha menyambungkan rantai keluhuran, kebahagian dan rahmat-Nya
sepanjang waktu dan zaman, dengan putaran roda kehidupan yang terus
berputar tiada berhenti, dan roda kehidupan itu terus bergulir dan
mendekat kepada kematian, bergerak dari waktu kelahiran dan akan
berhenti saat nafas yang terakhir dihembuskan, setiap putaran kehidupan
itu melewati kenikmatan dan kesedihan, kesedihan adalah sebagai sarana
untuk sabar, tabah dan bersyukur , sebagaimana dikatakan oleh sayyidina
Umar bin Khatthab RA dalam kitab Al Adab Al Mufrad oleh Al Imam Al
Bukhari : Aku bersyukur atas musibah karena 3 hal, yang pertama karena
musibah tidak datang pada aqidahku, padahal Allah Maha Mampu memberikan
musibah itu namun Allah tidak memberikannya. Kedua, Allah subhanahu
wata’ala mampu memberi musibah yang lebih besar namun Allah tidak
memberikannya. Ketiga, Allah jadikan setiap musibah sebagai penghapus
dosa. Jadi walaupun kita tidak senang dengan musibah ( tidak ada yang
senang dengan musibah, semua manusia menginginkan kenikmatan), namun
jika datang musibah hiburlah dengan mengingat bahwa Allah Maha Mampu
memberi musibah yang lebih besar dari itu dan ingatlah bahwa musibah
yang menimpamu sedang mengikis dosa-dosamu, yang mana jika dosa itu
tidak terkikis maka dosa itu akan membawa musibah yang lebih besar di
alam kubur dan di akhirat. Di saat kita dalam kenikmatan maka
perbanyaklah untuk bersyukur karena dengan bersyukur akan bertambah
kenikmatan yang lebih besar lagi, sebagaimana firman Allah subhanahu
wata’ala :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
( إبراهيم : 7 )
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih". ( QS. Ibrahim : 7 )